Rabu, 06 Juli 2011

indra


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Penegasan Judul
Agar memperoleh gambaran yang lebih tentang maksud dari judul PERANAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI ANAK TENTANG  PENGALAMAN AGAMA, maka terlebih dahulu penulis memberikan  penegasan mengenai istilah-istilah dalam judul  skripsi diatas yaitu sebagai berikut:
            1. Peranan           
Peranan berasal dari kata dasar “Peran” mendapatkan akhiran “an” artinya: Suatu yang menjadi bagian atau memegang peran utama ( dalam terjadinya suatu peristiwa). Sedangkan maksud peranan dari judul diatas adalah suatu bagian yang diambil atau diperankan oleh orang tua dalam memotivasi anaknya untuk memperoleh pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Peranan yaitu  bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan .[2]  Sedangkan  menurut Gross Masson dan Mc Eachem yang dikutip oleh David Barry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat hrapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.[3]
Sarjono Arikunto memberi arti peran bagi peranan sebagai perilaku individu atau lembaga yang punya arti bagi struktur sosial.[4]
Maksud dari peranan disini berkaitan dengan peranan orang tua yang membebaskan anaknya untuk dapat menemukan pengalaman beragama yang sangat menarik sehingga dapat menjadi bekal kelak menjadi dewasa nantinya.
                  2. Anak
Anak dalam bahasa Arab disebut “walad” (           وَلَد  ), yang berati keturunan kedua atau manusia kecil. Anak secara umum dapat diartikan masa tumbuh.[5] Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi-potensi untuk menjadi dewasa. Anak disini adalah anak kandung yang belum dewasa usia pra sekolah (Taman Kanak- kanak) sampai  usia sekolah (Sekolah Dasar).
3. Orang Tua
Orang Tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab pertama dan utama bagi anak. Karena anak merupakan amanat Allah atas orang tua yang harus dibina dan didik sehingga menjadi insan yang sholeh dan sholehah, dan sesuai kodratnya oarng tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak, yang bertanggung jawab atas fitrah yang dibawa anak ketika lahir.     





4. Pengalaman   Agama
Pengamalan berasal dari kata  “amal” yang berarti perbuatan atau pekerjaan, mendapat imbuhan  pe-an yang mempunyai arti  hal atau perbuatan yang diamalkan .[6]
Pengamalan adalah 1 Proses ( perbuatan) atau melaksanakan, 2 Proses ( perbuatan) menunaikan ( kewajiban tugas)[7]
Menurut Glock dan Stark ada lima dimensi  keberagamaan yaitu keyakinan
(ideologis), dimensi peribadatan atau praktek (ritualistik), dimensi penghayatan ( eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).[8]

Jadi pengalaman Agama  Islam adalah proses ( perbuatan) melaksanakan atau menunaikan  kewajiaban yang berupa pengalaman ajaran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul.
Kesungguhan hati ini dapat dilihat melalui dua aspek yaitu aspek lahir dan spek batin. Aspek lahir dapat dilihat melalui ketetapannnya dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Sedang aspek batin terletak pada pemahaman dan penghayatannya terhadap terhadap tindakan atau pekerjaan yang ia lakukan. Keagamaan yaitu segala sesuatu mengenai agama [9].
Dalam judul skripsi ini penulis akan membatasi pembahasan yaitu pengalaman Agama Islam yang akan penulis teliti dalam pengalaman sholat,  pengalaman puasa.


5. SD Muhammadiyah Suronatan
SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta yang terletak dikampung Suronatan adalah sebuah lembaga pendidikan yang dibawah yayasan Muhammadiyah. SD Muhammadiyah  para penerus bangsa dididik  yang  berbasis Muhammadiyah.
Dari pengertian diatas maka penulis menfokuskan pada penulisan skripsi yaitu :   PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI  ANAK MENGAMALKAN AGAMA  DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI, jadi disini penulis ingin menjabarkan anak harus bisa melakukan kegiatan yang berhubungan agama dengan sendirinya, tanpa bantuan lagi orang tua, disini orang tua hanya memantau atau mengingatkan jikalau anak tidak melaksanakan kewajibannya
B.     Latar Belakang Masalah
Islam adalah  agama yang sempurna dan telah disempurnakan.[10] Yang ajarannya meliputi aqidah, ibadah, akhlak, dan syari’ah, sehingga umat yang menganutnya akan terjamin kebahagiaan baik didunia dan diakhirat jika mau melaksanakan ajaran-ajaran Islam ini pun sudah termasuk ibadah, jika diniatkan ikhlas karena Allah SWT.
            Ibadah adalah tali yang menghubungkan antara hamba dan pencipta Nya, dan pergaulan adalah tali yang menghubungkan antara sesama ciptaan Nya, sedangkan diantara keduanya erat hubungannya dengan akhlak. Didalam tata pergaulan terdapat bermacam-macam tata aturan dan kewajiban baik yang dibedakan menurut tingkatan usia maupun menurut jenis kelamin. Untuk bias bergaul dalam berbagai macam pergaulan tersebut, maka akhlak islamiyah sangat diperlukan agar dapat terwujud ukhuwah islamiyah yang baik. Disamping itu melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan umatnya menjadi tentram sebab hati mereka selalu mengingat Allah SWT, yang kemudian diwujudkan dalam kehidupan nyata.
            Oleh karena itu ibadah sholat fardlu yang lima waktu yang diperintahkan Allah SWT atas umat Islam seluruhnya baik diwaktu sehat maupun sakit, sebab sholat itu merupakan dasar dan fondasi keimanan seseorang lebih dari itu dengan sholat juga mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, jika dikerjakan secara rutin dn benar sebagaimana dikatakan oleh Maulana Muhammad Ali, bahwa “menjalankan sholat itu dimaksudkan untuk membebaskan manusia dari kejahatan”.[11]
            Disamping ibadah, maka bidang akhlak juga merupakan bagian yang sangat penting untuk diperhatikan dan diamalkan. Terlebih bagi manusia yang memiliki jaringan yang luas, baik hubungan dalam hubungan dengan khalik, maupun terhadap sesama makhluk, ataupun dalam hubungan dengan sesama manusia. Untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah yang baik ini maka manusia harus memiliki  sifat-sifat yang mulia yaitu: rasa hormat, taat, patuh terhadap yang lebih tua, rasa ikhlas dalam tolong menolong, berkurban untuk kepentingan umum dengan menyisihkan kepentingan pribadi, saling cinta, setia kawan yang didasarkan atas kebenaran dan lapang dada.
Sebagaimana pengertian anak usia (7-12) tahun mempunyai pengalaman agama yang bebas di bangku SD yaitu 7-12 tahun pengalaman dan rasa keagamaan demikian banyak macam dan ragamnya. Pergaulan mereka dan teman-temannya banyak perhatiannya terhadap agama juga dipengaruhi oleh teman-temannya[12].
            Sementara perlu kita ketahui bahwa kepercayaan  anak terhadap Allah pada umur permulaan masa sekolah (SD) itu bukanlah bahwa kepercayaan  berupa keyakinan hasil pemikirannya sendiri, akan tetapi merupakan sikap emosi yang membutuhkan pelindung. Hubungan dengan Tuhan sifatnya individual dan emosional. Oleh karena itu ditonjolkan sifat pengasih dan peyayang Tuhan kepada si anak dan jangan  dulu dibicarakan mengenai sifat Tuhan yang menghukum, membalas dengan neraka dan  sebagainya. [13]
Dengan anak mengenal dan mempercayai adanya kekuasaan Tuhan maka mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang terhadap agama. Pengalaman masa mendekati kematangan yang demikian itulah merurut Crow and Crow akan mengembangkan rasa kedamaian, kebahagiaan yang tidak ternilai.[14]
Begitu pula orang tua menduduki peranan sangat penting baik dalam kehidupan keluarga secara umum dalam pembinaan anak-anaknya. Keluarga nyata dan teramat strategis dalam mengarahkan pada kehidupan Islam guna mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana cita-cita kehidupan insan, sedang jalan yang bisa dijadikan jalan penerang adalah dengan ilmu, karenanya anak-anak harus diberi kesempatan untuk menuntut Ilmu Pengetahuan sebanyak-banyaknya baik ilmu pengetahuan umum maupun agama, akan tetapi agama yang lebih penting dan terutama adalah ilmu pengetahuan agama Islam karena itu nantinya sebagai pedoman hidup didunia dan di akhirat.
Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan, yaitu menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan juga latihan bagi peranan dimasa yang akan datang. Pendidikan memperhatikan perkembangan selalu pribadi anak, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita yaitu:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani serta tanggung jawab kemasyarakatan  dan kebangsaan.”[15]

Erat kaitannya dengan pendidikan disekolah adalah motivasi, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dalam pencapaian suatu tujuan. Begitu pula motivasi sangat penting bagi anak dalam menempuh pendidikkannya juga dalam tempat belajarnya.
Dalam pendidikan anak inilah ada tujuan yang hendak dicapai sebagaimana yang diungkapan Al-Ghazali dalam tujuan pendidikan Islam:
1.      Kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat dengan Allah.
2.      Kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.[16]
Dan anak tidak akan dapat mencapai kedua kesempurnaan diatas tanpa ditunjang usaha – usaha orang tua sebagai pendidik pertama dan utama anak.
Peranan orang tua dalam mengembangkan aspek fitrah anak harus didasarkan pada ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang merupakan dasar pokok pendidikan Islam.
SD Muhammadiyah Suronatan sebagai  sekolah swasta yang berciri keislaman adalah termasuk sekolah yang ikut berperan serta dalam usaha menyelenggarakaan pendidikan nasional. Dengan keberadaan ditengah-tengah SD negeri dan SD swasta yang lain ternyata termasuk sekolah yang diminati, terbukti jumlah siswa cukup memadai. Hal ini menunjukkan keberadaan cukup diperhitungkan. Dan hal ini tersebut tidak lepas dari langkah-langkah yang ditempuh pihak sekolah, serta kondisi  keagamaan masyarakat cukup mendukung keberadaan sekolah milik persyarikatan Muhammadiyah.
            Sistem pengajaran dan kurikulum SD Muhammadiyah Suronatan sama seperti dengan sekolah-sekolah dasar yang lainnya. Tetapi di SD Muhammadiyah Suronatan ada yang berbeda dengan mengadakan kegiatan extrakulikulier yaitu berupa: Drum Band, Komputer dan sebagainya. Setiap harinya  oleh  pihak sekolah diberikan les sesuai dengan kelas masing-masing
Dengan melihat kenyataan yang ada maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul  : Peranan Orang Tua Terhadap Motivasi Anak Tentang Pengalaman Agama.

C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis mengungkapan rumusan masalah yang dapat menjadi acuan dalam pembahasan berikutnya. Diantara pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana peranan orang tua dalam memotivasi anak  melakukan pengalaman   beragama?
2.      Bagaimana  hambatan orang tua demi motivasi anak  melakukan pengalaman  beragama?




D. Tujuan Penelitian
a.  Untuk mengetahui bagaimana peranan orang tua memotivasi anaknya       untuk mendapatkan pengalaman beragama.
b.Untuk mengetahui bagaimana anaak memotivasi dirinya mendapatkan pengalaman beragama.

E. Kegunaan Penelitian
a.       Hail penelitian diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam memotivasi anak dalam mendapatkan   pengalaman agama.
b . Hasil  penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu             Pengetahuan ditinjau  dari segi psikologi anak.

F . Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Peranan
A.  Pengertian
Peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.[17]
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, menerangkan bahwa peranan adalah suatu aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka dia menjalankan suatu peranan.[18]
            Peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.[19] Sedangkan menurut Gross Masson dan Mc Eachem yang dikutip oleh David Barry mendifinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.[20] Sarjono Arikunto memberi arti peran sebagai perilaku individu  atau lembaga yang  punya arti bagi struktual sosial.[21]
            Sesuai dengan pendapat Gross  Masson dan Mc Eachem diatas bahwa peranan itu mempunyai dua harapan yaitu : pertama ; harapan-harapan yang muncul dari masyrakat terhadap yang memegang peranan atau kewajiban yang harus dilaksanakan daei pemegang peranan. Kedua ; harapan yang harus dimiliki untuk pemegang peran terhadap masyarakat atau orang yng berhubungan dengan dan dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajiban lainnya.
B. Ruang Lingkup
1.      Selanjutnya suatu peranan setidaknya mencakup tiga unsur yaitu:
2.      Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
3.      Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
4.      Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.[22]  
Berdasarkan ketiga ruang lingkup peranan diatas maka dapat diambil kesimpulan: pertama orang tua harus bisa membiarkan anak untuk memperoleh pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari, terutamanya sholat dan puasa, tetapi tidak melepaskan kewajiban orang tua yang mengawasi nya, kedua peranan orang tua ini sangat di butuhkan sekali apabila anak ada yang menyimpang setidaknya orang tua dapat memperingatkanbahwa anak berbuat yang salah, ketiga perilaku anak yang tidak benar menurut agama dapatlah menjadikan orang tua dewasa dalam menghadapi anak yang bermasalah,dengan cara memberitahu mana yang buruk dan mana yang benar dalam menurut agama.
Setiap peranan bertujuan agar individu yang melaksanakan peranan tadi denagn orang yang di sekitarnya yang bersangkutan atau ada  hubungan dengan peranan tersebut terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh kedua belah pihak nilai-nilai sosial. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi atau adanya kesenjangan antar kedua belah pihak maka terjadilah tok ditance.[23]
c. Unsur-unsur Peranan
     Peranan atau peran merupakan pola perilakuan yang dikatakan dengan status atau kedudukan peran ini dapat di ibaratkan dengan peran yang ada di dalam sandiwara yang pemainnya mendapatkan peranan dalam suatu cerita.
Sedangkan pola perikelakuan mempunyai beberapa unsur:
Ø      Peranan ideal
Peranan ideal peran yang diharapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu, peranan yang ideal merumuskan hak-hak dan kewajiban yang terkait dalam status tertentu misalnya peranan  ideal ayah  ibu terhadap anak-anaknya.

Ø      Peranan yang dianggap oleh diri sendiri
Peranan ini merupakan hal yang oleh individu pada saat tertentu, artinya situasi tertentu seorang individuharus melaksanakn tertentu misalnya seorang ayah yang mempunyai anak remaja menggangap bahwa ia harus sebagai kakak daripada sebagai ayah.
Ø      Peranan yng harus di kerjakan
Peranan ini adalah peranan yang sesungguhnya harus dilaksanakan oleh individu dalam kenyataannya misalnya peran seorang guru terhadap anak didiknya, yaitu menyerasikan kedisplinan dengan kebebasan dari murid-muridnya, sehingga dengan kebebasan dari murid-murid sedang perilaku berubah sesuai dengan tujuan pendidikan.[24]
           









           

2. Tinjauan tentang Motivasi
Pengertian Motivasi
Dalam Islam kata Motivasi lebih dikenal dengan Niat yaitu dorongan yang tumbuh dalam hati manusia,yang menggerakkan untuk melaksanakan amal perbuatan atau ucapan tertentu.[25]
Sedangkan menurut Woodworth motivasi ialah: sesuatu yang menimbulkan motive ini merupakan suatu pengertiannya yang melingkupi semua penggerak, alasan-lasan atau dorongaan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu untuk mencapai tujuannya.
Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi determint atau penentu bagi kehidupan  individual dalam rangka mencapai cita-cita. Diantaranya Hubart Bonner menyatakan bahwa:
Motivasi adalah secara fundamental bersifat dinamis yang melukiskan ciri-ciri tingkah laku manusia yang terarah kepada tujuan. Maksudnya dalam motivasi terkadang suatu dinamis yang mendorong segala tingkah laku manusia. Bilamana terhadap rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian tujun yang diinginkan, dengan motivasi itu seseorang melipat gandakan usahanya untuk mengatasinya dan berusaha mencapai tujuan itu.[26]

Motivasi merupakan salah satu aspek untuk memahami tingkah laku manusia karena motivasi merupakan tenaga penggerak pada jiwa untuk melakukan kegiatan. Untuk lebih jelas mengenai pengertian motivasi berikut dikutip pendapat para ahli yang membahas, apakah motivasi itu

Menurut Sardiman Am, motivasi adalah
“Daya penggerak (daya) yang telah menjadi aktif dimana ini akan menjadi aktif apabila  kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangat mendesak.”

Menurut Dr Singgih Dirgagunarsa:
“ Motif adalah dorongan atau kehendak menjadi yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang berbuat atau bertindak, dengan perkataan lain bertingkah laku karena tingkah laku tersebut dilatar belakangi oleh adanya motif, maka disebut: tingkah laku bermotivasi”[27].

Sedangkan menurut WS. Winkel.S.J. MSc ss
 “Motif adalah daya penggerak dari dalam dan dalam subyek untuk melakukan akvitas-aktivitas  tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kondisi intern/ disposisi (kesiap siagaan).”[28]

“Motivasi adalah penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat – saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan / dihayati.”[29]

Menurut Nico Syukur Dister, motivasi ialah: Penyebab psikologi yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia.[30]

Dalam kalangan kaum muslimin memberikan pendidikan agama hendaknya selama masa dalam kandungan. Dalam suatu hadits Nabi memberikan  petujuk kepada lelaki yang menjadi penanggung jawab wanita yang ingin mereka kawinkan agar mencarikan jodoh laki-laki yang taat terhadap ajaran-ajaran Islam serta memiliki watak setia sehingga ia akan memelihara keluarganya sepenuh hati dan memperhatikan hak-hak isterinya serta tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan  sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam  dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata  “motif” itu, maka “motivasi” dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak
Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan[31]

Macam dan Jenis Motivasi
a.       Menurut Isi
      Menurut isinya ada tiga jenis yaitu motif jasmani, maotif rohani, motif    sosial
1. Motif Jasmani,yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan biologis demi kelangsungan hidup individu misal untuk bergerak dan sebagainya.
2. Motif Ruhani, yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan batin, misal kemauan.
Tahap-tahap kemauan:
Ø      Timbulnya alasan automotif, misal belajar jika akan ada ujian
Ø      Langkah memilih atau timbulnya alternatif, memilih beberapa   alternatif dengan pertimbangan untung ruginya.
Ø      Mengambil keputusaan dari pertautan beberapa alternatif hasil keputusan
Ø      Terbentuknya kemauan atau dorongan untuk bertindak melaksanakan keputusan yang diambil pada langkah ketiga.
3.      Motif Sosial, yaitu motif yang timbul setelah kita berhubungan dengan  manusia, motif untuk menolong.
b.      Berdasarkan atas terbentuknya
Motif  ini dibedakan   menjadi dua yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari
Ø      Motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir jadi tanpa dipelajari, seperti misalnya dorongan untuk makan, untuk minum, dorongan seksual. Motif-motif ini sering disebut motif yang disyaratkan secara biologis artinya ada dalam warisan biologis manusia.
Ø      Motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbulnya karena dipelajari, misal dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar kedudukkan dalam masyarakat, dan sebagainya. Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara sosial, karena motif ini terbentuk adanya hubungan manusia dalam lingkungan  sosial.
c.       Menurut Jalarannya, motif dibedakan dua ekstrinsik dan motif instrinsi
Ø      Motif Ektrinsik, yaitu motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya orang yang giat belajar karena diberitahu akan ada ujian, belajar sepuya  orang tua nya senang dan sebagainya.
Ø      Motif Instrinsik, yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar, memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misal orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorong sudah melakukannya, anak belajar karena ingin menguasai pelajaran tertentu.
d.      Menurut Jenis, Motif dibedakan menjadi tiga, menurut B. Burton
1. Organic Motive, yaitu motif yang didasarkan atas  sesuatu dan    kebutuhan manusia.
2. Emergency Motive, yaitu motif yang didasarkan karena dorongan daurat ini tergantung lingkungan ini sudah ada sejak lahir, tetapi bentuknya disesuaikan dengan perangsang yang ada ini dapat dipelajari, misalnya melarikan diri dari bahaya yang mengancam.
3.      Objektive Motif, yaitu motif yang diarahkan untuk berhubungan secara efektif dengan keadaan lingkungan atau orang dalam suatu lingkungan ini dapat berupa tingkah laku dalam menghadapi sesuatu yang menarik perhatian, misal kebutuhan untuk mendapatkan rangking tinggi.
Kendala Yang Menghambat Motif
Pertarungan antara motif-motif dapat terjadi pada diri anak untuk diri seseorang apabila ada beberapa motif yang  muncul secara serempak dan ini bisa membawa seseorang kedalam suatu situasi konflik. Situasi konflik adalah situasi dimana seseorang merasa bimbang atau bingung karena harus antara  dua motif yang muncul pada saat bersamaan. Kebimbangan itu ditandai pula adanya ketegangan dalam mengambil suatu keputusan untuk pilihan. Konflik ada tiga macam bentuk yaitu.
a.         Approach- apporoach conflict (konflik-konflik mendekat), konflik ini timbul apabila pada saat sama terdapat dua motif yang semua positif, sehingga timbul kebimbangan mana yang  akan dipilih, memilih satu motif berarti mengorbankan atau mengecewakan motif yang lain. Contoh seseorang ibu memiliki uang pas disatu sisi akan dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari, disisi lain anaknya minta keperluan sekolah, sehingga ia menjadi bimbang mana yang akan dipilih.
b.      Apporoach-avoidance conflict (konflik mendekat-menjauh), konflik ini timbul bilamana pada suatu saat yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu obyek, motif yang satu positif, motif yang lain negatif, karena itu ada kebimbangan apakah akan menjauhi atau mendekati. Contoh seorang siswa diberi uang untuk membayar SPP oleh orang tuanya, satu sisi  ia membayarkan, disisi lain ada dorongan untuk digunakan bersenang-senang, sehinggaa timbul kebimbangan pada anak.
c.       Avoidance-avaoidance conflict (konflik menjauh- menjauh), konflik ini terjadi bila pada satu saat yang bersamaan timbul dua motif yang negatif, timbul dua motif dan timbul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Contoh seorang siswa menghadapi ujian kebetulan tidak siap, ingin mencontek takut ketahuan, tidak mencontek takut ketahuan, Tidak mencontek takut tidak ujian.[32] 
Memilih Di Antara Alternatif-Alternatif Pilihan
Seseorang sering dihadapkan pada situasi konflik,  karena ada motif yang muncul bersamaan dan harus memilih satu di antara dua motif yang saling bertentangan untuk dipuaskan. Kadang kita yang bertentangan itu adalah antara dua motif kesenangan. Pada saat yang lain yang bertentangan itu adalah dua motif kesenangan dan  motif kewajiban Kalau seseorang dalam situasi memilih kesenangan maka kemauannya lemah. Kalau ia memilih kewajiban berarti kemauan yang kuat. Pada umumnya perbuatan yang berkemauan kuat adalah perbuatan yang lebih menaruh perhatian pada pemuasan saat sekarang. Menunda hadiah-hadiah yang lebih besar dan lebih jauh adalah salah satu pertanda kepribadian yang matang[33].
Fungsi Motivasi.
Pada dasarnya motif  itu berfungsi :
a.    Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak motif itu berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi (kekuatan) seseorang untuk melakukan tugas.
b.   Motif itu menentukan arah perbuatan, yaitu kearah perwujudan suatu cita-cita motivasi mencegah penyelewangan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
c.    Motif itu menyeleksi perbuatan kita, menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuam itu dengan menyampingkan perbutan-perbutan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.[34]
Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu[35]
Berarti ada dua pihak, yang satu  adalah yang memberi motivasi (memotivasi), sedangkan pihak lain adalah yang dimotivasi. Tindakan memotivasi akan dapat lebih berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi, serta sesuai dengan kebutuhan yang dimotivasi karena itu orang atau pihak yang memotivasi, kebutuhan, dan kepribadian oleh pihak yang diberi motivasi.
Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, dikatakan bahwa manusia hidup  itu memiliki berbagai kebutuhan:
Ø      Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas.
Hal ini bagi anak sangat penting, karena perbuatan sendiri itu mengundang suatu kegembiraan baginya.
Ø      Kebutuhan untuk menyenangkan  orang lain
Banyak orang yang dalam kehidupan memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain.
Ø      Kebutuhan untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan hasil baik kalau disertai dengan pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dalam belajar dengan giat.
Ø      Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan atau hambatan, mngkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah  diri menjadi dorongan untuk mencaari  kompensasi dengan usaha dan luar biasa sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu.[36]
Teori tentang motivasi ini lahir dari awal perkembangannya ada dikalangan para psikologi. Menurut ahli jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hirarki.
Ø      Teori Instink
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah  jenis animal / binatang. Tokoh ini adalah Mc. Daugall.
Ø      Teori Fisiologis
Teori ini  juga disebutnya “Behavior theories” menurut teori ini semua tindakan ini berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik / kebutuhan untuk kepentingan fisik.


Ø      Teori Psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori instink, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego, dari teori ini adalah Freud [37].
3.  Tinjauan tentang Anak.
Maksud “anak” adalah anak yang hidup dilingkungan masyarakat, ia belum mendapatkan pengakuan disekitar lingkungn keluarga dan masyarakat dalam mengambil keputusan, mereka masih membutuhkan arahan dan binaan orang,hal ini menurut Siti Rahayu Haditono, posisi mereka dalam masa transisi atau marginal. Menurut batasan usia istilah anah anak dapat dikatagorikan usia remaja yaitu pada masa ini anak sedang mengalami proses perubahan, mencakup perubahan dalam hal kehidupan rohani dan jasmani, pikiran, perasaan dan social anak.[38] 
 A. Periodesasi Perkembangan Anak.
        Sebelum kita membahas masalah periodesasi perkembangan anak terlebih dahulu akan kami jelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan perkembangan itu.
       Perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan dari tingkat rendah ketingkat yang lebih maju perubahan dari kanak – kanak menjadi kedewasaan.
       Menurut Zakiyah Drajat, perkembangan manusia dari kandungan sampai tua dapatlah dibagi menjadi beberapa macam, salah satu pembagian umur pertumbuhan manusia dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu: masa kanak-kanak ( 0-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun) dan masa dewasa (21 tahun keatas). Perinciannya sebagai berikut, kanak-kanak pada tahun pertama (0-6 tahun), anak-anak masa sekolah (6-12 tahun), masa remaja pertama (13-16 tahun) dan masa remaja akhir (17- 21 tahun )[39]
        Sedangkan menurut pendapat Drs Sophian Waluyo perkembangan manusia terdiri dari tiga macam pokok ialah masa muda sejak lahir sampai dewasa ( 0:0-21:0) masa dewasa (21:0-30:0) daan masa tua (30:0 – 70:0). [40]
Sesuai dengan pembahasan judul skripsi ini maka kami akan membahas periode masa muda.
a. Aristoteles membagi masa muda dalam tiga masa yaitu:
1.      Masa anak kecil atau masa bermain, berumur 0:0 sampai berumur 7:0 tahun.
2.      Masa anak atau masa belajar atau masa sekolah, berumur 7:0 sampai dengan 14:0 tahun.
3.      Masa remaja atau masa pubertas, berumur 14:0 sampai dengan 21:0 tahun.
b.Menurut Johan Amor Comenius, dalam bukunya Didactica Magna atau Didaktik  besar membagi masa muda dalam empat masa:
1.      Masa sekolah ibu atau scola materna (0: 0 – 6-0) ialah masa   kanak-kanak  mengembangkan panca inderanya dibawah asuhan ibu, diselenggarakan dalam rumah masing-masing.
2.      Masa sekolah bahasa ibu atau scala vernakula yaitu ( 6-12) ialah masa anak-anak mengembangkan ingatan dan perasaannya disekolah yang berbahasa ibu ( berbahasa daerah) didirikan tiap desa-desa.
3.      Masa sekolah latin atau scola latina yaitu mengembangkan fikirannya di sekolah yang telah diajarkan bahasa latin ialah sekolah menegah atau gymnasium, didirikan ditiap-tiap daerah.
4.      Masa sekolah tinggi atau academesia (6-24 tahun) ialah masa anak-anak mengembangkan kemauanya dan memilih suatu lapangan hidup. Dilakukan di perguruan tinggi yang didirikan ditiap-tiap propinsi atau kerajaan (kingdom).[41]
Menurut Amir Hamzah Nasution, syarat-syarat untuk masuk sekolah dasar dapat penulis ringkasan sebagai berikut:
1.      Jasmaniah sudah harus cukup kuat dan sehat untuk dapat mengikuti hidup dan peraturan-peraturan serta latihan-latihan disekolah panca inderanya harus sedemikian majunya dan kesan-kesannya.
2.      Intelektualnya, penginderaan, pengamatan, penggambaran kembali (reproduksinya) harus cukup maju. Ia harus sanggup berfikir untuk menerima dan mengolah pelajaran-pelajaran.
3.      Perasaan-perasaannya seperti perasaan sosialnya perasaan keindahaan harus ada seperlunya. Ia harus sanggup menyesuaikan diri dengan hidup dalam masyarakat.
4.      Kemauan, keingintahuan dan nafsu-nafsunya ia sebagian telah dapat mengatasi dan mengaturnya. Ia tidak demikian terpengaruh lagi untuk keinginan dan nafsu-nafsu kepentingan dirinya sendiri. Ia dapat menerima pengaruh dan kuasa orang lain dan mau melaksanakan perintah-perintah.[42]
Anak merupakan amanat orang tua untuk dipelihara, dididik dan dibimbing agar menjadi anak sholeh.[43] Petunujuk dalam Al-Qu’ran dan Hadits Nabi lebih banyak mengingat tentang bagaimana hubungan anak dengan orang tua dan kewajiban anak kepada orang tuanya, peringatan-peringatan tentang bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan anak dengan tidak membandingkan antara laki atau perempuan. Karena mereka adalah generasi penerus yang akan menerima warisan nilai-nilai budaya generasi sebelumnya.
Pengertian Sekolah Dasar.
Sekolah dasar merupakan suatu jenjang pendidikan formal yang paling rendah setelah melewati sekolah taman kanan-kanak, selanjutnya masuk pendidikan sekolah dasar. Tetapi boleh jiga tanpa melewati pendidikan taman kanak-kanak. Murid sekolah dasar adalah anak yang berumur 6-12 tahun, ini merupakan pendidikan wajib bagi anak Indonesia. Pada sekolah negeri tidak dipungut biaya. Tetapi lain halnya dengan swasta besarnya pendidikan ini bervariasi tergantung pengolalanya. Sekolah berdiri dibawah Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
A .Pengertian Anak Sekolah Dasar
Sebelum kami membahas tentang pengertian anak dalam sekolah dasar, terlebih dahulu kami akan membahas tentang siapakah yang disebut dengan anak itu menurut kamus bahasa Indonesia arti “anak adalah manusia yang masih kecil”.[44]
Menurut para ahli ilmu jiwa sebelum abad 17 ( jaman purba), mereka menduga pada mulanya bahwa: anak itu bukan manusia, anak diakui sebagai manusia setelah dia dewasa kemudian orang mengakui bahwa anak adalah dewasa, yang diduga sampai dengan mnusia, bedanya hanya pada ukuran, masih berukuran kecil dan akan besar dengan sendirinya, jadi cukup dibiarkan saja.”[45]
Menurut Johan Amos Comenius bahwa anak bukanlah manusia dewasa yang berukuran kecil melainkan manusia sedang tumbuh, jadi belum dewasa.[46]

Setelah mempelajari pendapat-pendapat para ahli tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud anak adalah: manusia yang belum dewasa yang berkembang menuju kedewasaan setelah mengetahui siapakah anak  itu maka dapatlah diketahui pengertian dari anak sekolah dasar.
Yang kami maksud anak sekolah dasar dalam skripsi ini adalah: semua manusia sebagai makhluk Allah yang belum menginjak masa dewasa dan berkembang menuju masa kedewasaan, dimana anak tersebut sedang menduduki sekolah tingkat dasar
Freud mengemukakan bahwa tahap perkembangan bagi anak sangat penting  terutama bagi pembentukkan kepribadian ini kemudian hari. Secara singkat tahapan perkembangan ini sebagai berikut:
Ø      Fase Oral
Terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama.Pada fase ini anak berkembang berdasarkan kenikmatan erotik pada daerah mulut. Kepuasan anak melalu tindakan mengisap akan mempengaruhi kehidupan di masa dewasanya.Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari ibu dan tidak mendapatkan kepuasan dalam makan dan minum akan menghambat perkembangan kepribadiannya dikemudian hari.
Ø      Fase Anal
Fase ini terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Pada fase ini anak mulai belajar untuk mengendalikan buang kecil. Pada fase anal anak harus mulai belajar mengelola segenap pengalaman yang tidak menyenangkan.
Ø      Fase Falik
Berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin, yaitu penis ada anak lelaki dan klitoris pada anak perempuan. Pada fase ini anak mulai belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagi hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara  sehat. Mereka mulai mengidentifikasi model-model yang memadai bagi identifikasi terhadap figur sejenis pada fase ini sangat penting.Pada fase ini terjadi oedipus complex yaitu perasaan mencintai ibunya bagi anak laki-laki, dan electra complex yaitu perasaan mencintai ayahnya bagi anak perempuan.Kegagalan pada fase ini dapat berakibat kebingungan akan peran seks secara wajar, kegagalan dalam menemukan standar moral yang tepat.
Ø      Fase Laten
Juga disebut sebagai tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada tahap ini terjadi perhentian perkembangan.Sepanjang tahap ini terjadi perhentian perkembangan. Sepanjang masa ini anak menjalankan tugas-tugas belajar. Sekalipun instink seksual direpresi sepanjang masa-masa sebelumnya masih ada dan akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Ø      Fase Genital
Terjadi pada masa pubertas yang ditandai oleh perilaku yang  tidak narsistik. Mereka mulai tertarik lawan jenis, bersosialisali dan beraktivitas kelompok, perkawinan dan membangun keluarga, menjalin hubungan kerja. Sepanjang fase ini mereka lebih memfokuskan pada hubungan dengan orang lain. Tidak terjadinya integrasi pada fase ini seringkali dihubungkan dengan kesalahan-kesalahan pada fase-fase sebelumnya [47].

            B.  Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar.
            Dalam periodesasi perkembangan anak, masa sekolah dasar juga disebut masa anak sekolah, masa matang belajar. Disebut masa anak sekolah karena mereka sudah mematangkan tingkat sebagai lembaga persiapan sekolah yang sebenarnya. Disebut  masa matang untuk belajar karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu sebagai perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitas itu sendiri. Disebut masa matang untuk sekolah karena sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang baru dapat diberikan oleh sekolah.
        Masa anak sekolah dasar ditandai dengan adanya berbagai perkembangan antara lain:
1.      Perkembangan Sifat Sosial Anak
Sifat ini sebenarnya sudah dibawa sejak lahir, mula-mula berkembang terbatas dalam keluarga kemudian bertambah luas. Ia mulai mencari teman-teman sebaya untuk berkelompok dalan permainan bersama makin lama lingkup pergaulan makin luas.
2.      Perkembangan Perasaan Anak
Anak yang semula hanya merasakan senang dan sedih makin lama perasaan itu terdefersiasi menjadi perasaan:menyesal, kasihan, marah, jengkel, simpati, bersalah, wajib dan sebagainya. Ini semua disebabkan oleh pengalaman yang semakin meluas. Saat seperti berguna sekali untuk menerima bahkan pengajaran dari guru, memudahkan anak dalam memahami bahan pengetahuan dari gurunya.
            3.    Perkembangan Motorik
                   Hal inilah yang memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu, yang       terkandung dalam jiwanya dengan sewajarnya. Anak akan dengan mudah akan menyampaikan isi jiwanya, sebagai dari pernyataan jiwanya yang dinyakan dalam bentuk bahasa.
4    Perkembangan Bahasa
   Dengan makin luasnya pergaulan anak diluar keluarga, didalam permainan dalam kelompok memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkaya perbendaharaan  bahasa, baik secara pasif menerima ekspresi jiwa orang lain maupun secara aktif yaitu menyampaikan isi jiwanya kepada orang lain.
            5. Perkembangan Fikiran
                Perkembangan fikiran setingkat dan sejalan dengan perkembangan sosial, bahasa yang juga merupakan alat untuk berfikir. Pada masa ini anak berada dalam tingkat berfikir kongkrit, artinya fikirannya masih erat hubungannya dengan  benda-benda atau keadaan nyata.
          6.   Perkembangan Pengamatan
               Anak sudah bisa mengamati apa-apa yang dihadapinya baik melalui bagian-bagiannya dari keseluruhan yang banyak ataupun sebaliknya.
7.      Perkembangan Kesusilaan dan Keagamaan
Perkembangan dalam hal ini, sangat bergantung kepada penghayatan keluarga terhadap norma-norma kesusilaan dan agama. Keluarga anak itu sendiri, artinya anak akan mengalami perkembangan dalam hal itu menurut bagaimana keluarga berbuat dan mematuhi norma-norma kesusilaan dan agama.
8.      Perkembangan Tanggapan
Dari hasil pengamatannya kedunia luar anak mendapatkan tanggapan yang berasosiasi secara mekanis sehingga menghasilkan tanggapan yang komplek emosional suatu kekomplekan tanggapan yang didalamnya emosi anakikut campur.
9.      Perkembangan Fantasi.
Dengan cerita-cerita yang didengarnya serta bacaan-bacaan yang telah dibacanya anak akan berkembang fantasinya.
        10  .  Perkembangan di dalam Mengambil Keputusan
        Pada waktu anak masih kecil, dia hamya mampu mengambil keputusan secara sederhana misalnya panas, dingin, baik, buruk namun makin lama dapat membedakan sesuatu atas beberapa keputusan misalnya, buruk sekali, agak buruk, hampir buruk, kurang baik, sedang baik dan baik sekali.
11.   Perkembangan Perhatian
      Perhatian termasuk salah satu faktor kemampuan psikis yang dibawa sejak lahir dan perkembangannya ditentukan oleh faktor endogen dan faktor eksogen.
12.    Perkembangan Estetika
      Estetika adalah suatu kemampuan jiwa yang dipergunakan untuk menentukan sesuatu dengan ukuran bagus tidak bagus serta indah tidak indah. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan kodrat perkembangannya ditentukan oleh faktor endogen dan eksogen [48].
      C. Pendidikan Agama Anak Usia Sekolah Dasar
            Pembinaan keberagamaan mngupayakan agar setiap orang menjadikan agama itu sebagai bagian dari dirinya, menjadi materi kehidupan yang memberikan  corak warna dalam setiap perilaku. Oleh karena itu pembinaan agama perlu secara kontinue dan berbarengan dengan pertumbuhan pribadi seseorang.[49]
Periode usia Sekolah Dasar merupakan pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran atau pendidikan yang diterimanya.
Pendidikan agama pada usia Sekolah Dasar ini ditekankan pada upaya mengusahakan anak sudah dapat memahami, menghayati dan mengamalkan dengan baik tiga rukun Islam, yaitu syahadat, sholat, dan puasa. Disamping itu akhlaq yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, serta sudah dapat membaca dan menulis ayat –ayat Al-Qur’an.[50]
Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Dasar.
            a. Perkembangan Aspek Motorik
               Pada usia ini anak mengalami perkembangan jasmani atau fisik yang pesat, dan perkembangan motoriknya sudah terkoordinasikan dengan baik sehingga berlaku sesuai dengan kebutuhannya.[51] Masa ini di tandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motor yang lincah ini merupakaan masa yang ideal ketrampilan yang bersifat motorik.[52] Anak pada masa ini selalu giat dan penuh semangat, dan permainan bebas memberikan kepuasan baginya.
            Kematangan perkembangan motor anak jadi sempurna berkaitan dengan perkembangan mental anak. Disamping mengandalkan kekuatan otot, perkembangan fungsi kognitif juga menentukan kemampuan motoris. Oleh karena itu gerakan-gerakan yang dilakukan anak tidak lagi sekedar latihn organ-organ tubuhnya tetapi telah mengandung arti dan maksud yang memang diinginnya.
            b. Perkembangan Aspek Intelektual.
                Pada usia ini kemampuan intelektual berkembang pesat oleh karenanya disebut pula masa intelektual atau masa belajar. Usia ini merupakan masa penuh semangat untuk belajar dan memperoleh pengalaman – pengalaman yang  baru.
             Dengan kemampuan intelektual demikian, anak pada usia ini sudah dapat diajarkan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung.
c.       Perkembangan Aspek Sosial
     Perkembangan sosial anak pada usia anak ini telah mencapai kematangan, hal ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan dan proses belajar menyesuaiakan diri dengan norma keluarga.[53] Pada tingkat ini anak mulai dapat menghargai kenyataan dan memahami dasar-dasar pergaulan sosial, kerjasama dan kesenangan bwersaing tampak sekali pada masa ini juga ,merupakan imitasi sosial terbesar anak akan berusaha untuk dapat berlaku sama dengan orang lain agar bisa diterima oleh lingkungan.

2. Karekteristik Perkembangan Kognitif pada anak usia Sekolah Dasar
    Dari pengelompokan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dalam pembahasan terdahulu dapat diketahui  usia sekolah dasar termasuk pada tahap perkembangan  concrete opersional. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai karateristik perkembangana anak pada tahap concrete operasional ini.
Tahap ini disebut conrete operasional,  karena adanya keterbatasannya-keterbatasan kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya yang baru mampu berpikir sistematis mengenai benda dan peristiwa yang kongkrit saja.[54]
Seperti yang disebutkan pada tahap  conrete operasional,  anak mulai berpikir secara logis, namum masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret dan masih mengalami kesulitan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Dalam bukunya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa tahap ini anak mempunyai kemampuan yang disebut satuan langkah berpikir yang mana dengan kemampuan itu anak dapat mengkoordinasikan sistem pemikirannya sendiri.[55] Jadi anak mampu melakukan aktifitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkret.
Ciri lain yang menonjol  pada tahap ini adalah makin berkurangnya egosentris pada anak. Artinya anak sudah memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan sendiri. Ia mulai banyak memperhatikan  dan menerima pandangan orang lain. Pembicaraannya mulai ditujukan pada lingkungan sosial tidak pada dirinya. Anak mulai dapat berfikir dari banyak obyek atau dimensi pada satu obyek. Berkurangnya egosentris ini juga disebabkan oleh adanya dorongan bersosialisasi yang berkembang pesat pada masa ini.
Perkembangan kognitif pada masa ini pada dasarnya bila ditinjau dari segi karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan orang dewasa.[56] Nanum dari segi kapasitasnya tentu saja anak masih memiliki keterbatasan dalam mengkoordinasikan ide-idenya, yang hanya terbatas pada hal-hal yang ditangkap pengamatannya. Oleh karenanya perkembangan kognitif anak pada masa ini sangat bergantung pada pengalaman langsung.
Perkembangan kognitif sebagai sentral kontrol perkembangan anak sangat mempengaruhi aspek-aspek lain kematangan kemampuan kognitif ini diiringi pula matangnya kemampuan aspek-aspek lain. Perlu diingat bahwa fungsi kognitif tidak hanya terbatas menjadi pusat aktifitas akal pikiran, akan tetapi jangan menjadi pengontrol perasaan dan perbuatan.[57]










4.  Tinjauan tentang Pengalaman Beragama.
 I. Pengertian Agama Islam
Yang dimaksud agama menurut bahasa adalah
Ø      ada yang berpendapat bahwa kata agama berasal dari sansekerta yang artikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaikaan kepada Tuhan,
Ø      ada juga yang berpendapat bahwa kata agam itu sebenarnya terdiri dari dua buah perkataan yaitu “A” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau balau, tidak teratur, jadi kata agama berarti tidak kacau balau atau teratur.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa agama adalah suatu haluan, peraturan, jalan yang ditentukan untuk berbakti kepada Tuhan sehingga dapat mengikuti peraturan Tuhan itu manusia akan dapat hidup teratur, tidak kacau balau dan tidak tersesat dari jalan yang benar.
Sedangkan pengertian agama menurut istilah akan kita akan dapaati beberapa pendapat diantaranya pengertian agama yang dikemukakan oleh Drs M Noor Mutdawam sebagai berikut :
“ Pengakuan manusia tentang adanya yang dianggap suci kemudian manusia itu insyaf bahwa suci itu mempunyai kekuatan yang melebihi dari segala kekuatan.”[58]




Pengertian agama terbatas bagi pemeluk agama samawi terutama agama Islam adalah:
“ Agama merupakan petunjuk Allah yang terpenting dalam bentuk kaidah-kaidah perundang-perundangan yang ditunjukan kepada orang-orang yang berakal budi agar sepuya mereka mampu berusaha di jalan yang benar dalam rangka memperoleh kebahagian hidup didunia dan diakhirat.”[59]

Nama Islam tidak disandarkan para pendirinya atau daerah dimana agama itu dilahirkan sebagaimana nama – nama agama lain, seperti Budha berasal dari nama pendirinya Budha Gautama, agama Zarathustra menggunakan nama pendiri Zaroaster, dan agama Yahudi berasal dari kota Judah  dimana agama ini lahir, demikian juga nama-nama agama lain.
Akan tetapi Islam adalah meupakan sebutan agama yang diturunkan Allah kepada manusia, petunjuk Allah yang beberapa peraturan-peraturan atau perundangan yang khusus dikerjakan oleh manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat. Kata Islam di gunakan untuk nama sebutan agama Allah ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al- Imron: 19
    -±à6~ /Ø[ /ã  +v6´0 µ6Ã/v«[9²[/
“Sesungguhnya agama ( yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam”[60]
Juga dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah: 3
\´6Ã/u+±â6/Ø5[-±.¨+ª -d6Ä0Œ +y+½
“….dan telah Aku ridhoi Islam itu jadi agama bagi mu..”[61]


Dan Surat Al Imron ayat 85:
-¹6´0¯+ª,_6¤:Ã5µ,¬,ŸB\µÃ/u/®+Ø /Ú [  +yÄ,/,c_:Ã5µ,¯ +½
“ Barang siapa mencari agama, selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima ( agama itu dari padanya).”[62]

Pengertian Islam menurut bahasa arab mempunyai arti bermacam-macam:
a.       Salam: keselamatan, peraturan. Peraturan yang datang dari Allah untuk membimbing keselamatan manusia di dunia dan diakhirat.
b.      Taslim: penyerahan. Penyerahan diri kita kepada Allah dalam keadaan suka dan duka.
c.       Slim: perdamaian. Perdamaian kita kepada Allah ( tidak durhaka) dan dengan manusia tidak bermusuhan.
d.      Sullami: titian. Peraturan – peraturan yang merupakan titian untuk menghubungkan kita ke jalan kebahagian dunia dan akhirat.[63]

Arti Islam  menurut istilah ( syara’) adalah peraturan (uu) Allah SWT, dengan peraturan wahyu kemudian diwujudkan menjadi kitab suci sebagai pegangan hidup manusia.[64]
Jadi yang dimaksud agama islam adalah aturan-aturan yang datang  dari Allah (yang memberi nama Islam) yang diturunkan kepada umat manusia melalui  perantaranya, sebagai pedoman hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam memahami kriteria agama yang benar, Drs M Noor Matdawam memberikan kriteria sebagai berikut:



Ø      Mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa dalam arti yang sebenarnya yang memiliki alam semesta.
Ø      Mempunyai Rosul, untuk menyampaikan ajaran-ajaran yang benar dari Allah yang Maha Esa.
Ø      Mempunyai kitab suci yang datang dari Allah dan terjamin kemurniannya, tidak dapat di ubah dan dicampur pendapat-pendapat manusia.
Ø      Mempunyai hukum tersendiri untuk membimbing kebahagiaan hidup para penganutnya, materi dan hukum tersebut selalu aktual.
Ø      Tujuan terakhirnya dari hukum tersebut untuk mencapai keharmonisan  hidup dalam dunia dan akhirat.[65]
Dari batasan tersebut agama Islam adalah agama yang benar karena memiliki rukun iman sesuai hadits:
/¹0_.c.§+½/¹0b,¨0Æ à,¯+¼ ِã \0^-µ0¯Ìb5²+[ :+ª,£-²+\¯6ÃÙ+[
                //y6Ä,o/y5v,¤«\0^-²0¯5Ì.b+¼/z0sà[®/5½,Ä«[¼+/¹0«5½.y+¼+
O®¬¯[¼yN /7/z,¼+
“Iman kata Nabi : bahwa engkau akan beriman (percaya) kepada Allah, para malaikat –malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Rosul-rosul Nya, hari akhirat (Qiamat) dan engkau akan percaya kepada adanya takdir yang baik dan buruk  ( dari Allah) . ( HR Muslim)




II Pengamalan Ajaran Agama Islam
Orang yang Iman atau Islam wajib melaksanakan rukun Islam sesuai dengan hadits Nabi :

[Bv:°,o.¯5²+[+¼-ã9×[/-¹,«/[+×5²+[+u,¸6,b5²+[-®à6à[
-®6ˆ.b+¼+º+\§9|«[+Á0bÌ.Ã+¼/ºà:ˆ«[+®6Ä0¤.b+¼/ã [5½.+y
BØ6Ä0_,/¹6Ä,«/[+d6˜,,c6[5²/É+d6À,_«[9l0o.b+¼+²\,Œ,¯y+
O®¬¯[¼yN
“ Agama Islam itu yaitu engkau akan membaca syahadat ( penyaksian) bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah, engkau bersholat (yang lima waktu), menuaikan zakat, berpuasa Ramadhan, berhaji ke baitullah ( masjidil Haram) jika engkau mampu menuju padanya (mekkah dan sekitarnya)[66]

Berbicara mengenai agama berarti mengabdikan diri, yang mana ia tidak akan puas dengan pengetahuan agama, akan tetapi memerlukan membiasakan dirinya dengan hidup secara agama. David Trueblood mengambil pendapat dari William Temple seorang ahli agama membedakan fisafat antara agama:
Filsafat itu ialah menuntut pengetahuan untuk mengetahui atau memahami, sedangkan agama ialah menuntut bukan pengetahuan tentang Tuhan, akan tetapi perhubungan antara seorang manusia dan Tuhan.[67]

Jadi suatu hal yang penting untuk diketahui tentang agama ialah rasa pengabdian. Dimana didalam pengabdian ini dapat dilakukan dengan mengamalkan agama tersebut dengan sebaik-baiknya. Karena didalam skripsi ini yang dibahas berkisar pada agama Islam, maka rasa pengabdiannya yaitu dengan mengamalkan segala perintah-perintah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah SWT sesuai dengan apa yang telah ditetapkan didalam Al –Qur’an dan Sunnah Rosul. Amal dalam Islam merupakan usaha yang bertujuan merombak masyarakat yang tidak baik menjadi lebih baik dalam berbagai segi iman sendiri belumlah betul-betul bernama iman jika belum mendorong orangnya untuk bekerja dan beramal secara terus menerus dalam upaya mewujudkan ajaran Islam.
Pengalaman agama adalah perbuatan melaksanakan ajaran-agama yang dilakukan dengan kesenangan hati.[68]
Perbuatan tersebut merupakan hasil dari penghayatan ajaran agama yang dipelajari kemudian dipelajari kemudian diamalkan jadi bukanlah hanya sedekar rutinitas saja melainkan merupakan aktifitas yang mempunyai motif yang kuat dalam menjalankan ajaran agama.
Pengalaman agama juga dapat dikatakan sebgai perwujudan iman dalam diri seseorang disamping pengabdian kepada Allah SWT, dengan demikian akn terlihat kadar kualitas dari iman seseoarng antara yang benar-benar menghayati ajaran agama dengan tidak menghayati ajaran agama.
Menurut Zakiyah Drajat pengalaman atau perilaku keagamaan seseorang itu terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang langsung dialami yang terjadi dalam hubungannya dengan langsung dialami yang terjadi dalam hubungan dengan lingkungan materi dan tertetu ( orang tua jamaah dsb). [69] 
Robert H Thouless menyebutnya dengan faktor sosial antara lain berupa pendidikan yang pernah diterima pada masa lalu. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman agama yang berbeda pula.[70]
Namun demikian manusia sebagai kholifah Allah dimuka bumi haruslah mengembangkan pengetahuan serta kemampuan rohani untuk menghayati ajaran-ajaran Allah sehingga manusia mampu menangkap petunjuk nurilah dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 89 yang berbunyi:

َوَنَّزْلنَاعََلْيكَ   اْلِكتَب ِتْبياَ ناَ ِّلكُلِّ  شَيْ وَهُدًىوَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِميْنَ  ٭۸۹                                    
Artinya: “ Dan Kami turunkan kepada Al-Kitab ( Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu, dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang  yang berserah diri” .[71]

Juga firman Allah SWT dalam surat Ar- Rum ayat 30 yang berbunyi
فَأ قِمْ وَجْهَكَ لِلِدّيْنَ حَنِيْفاً فِطْرَتَ الِِلهِ الَّتيَ ِفطرَ النّاعَليْهاَ لا تَبْدِ يْلَ لِخَلْقَِ اللهِ ذَ لِكَ الّدِ ينُ القَيِّمُ ولَكِنَِّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلمُوْ نَ ٭۰٣  
Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dan luruskan kepada agama Allah ( tetaplah) atas fitrah Allah yang telah mencipatakan manusi menurut fitrahnya. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.( Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[72]

1. Ajaran Islam
    Islam yang aturannya diwahyukan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia guna menjadi dasar (pedoman) dalam hidup dan kehidupan didunia  dan diakhirat. Didalamnya terdapat sistem nilai dan norma yang dapat mengarahkan manusia, sehingga manusia dapat dan mampu memecahkan masalahnya, yang pada gilirannya mempunyai dampak positif serta mampu membawa kepada kebahagiaan, kesejahteraan dan kemuliaan.
Ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits secara global dapat dibagi menjadi :
Ø      Aqidah, yaitu hal-hal yang bertalian dengan kepercaayaan dan keimanan.
Ø      Akhlak, yaitu kelembagaan semua tata nilai ajaran Islam tentang baik dan buruk mengenai perilaku seseorang.
Ø      Sya’riah, yaitu peraturan dean hukum yang telah disyahri’ahkan Allah dan diwajibkan kepada kaum muslimin untuk berpegang kepadanya dalam berhubungan dengan Allah dan sesamanya. Syari’ah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
§               Ibadah, yaitu perbuatan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti Sholat, Puasa, Zakat dan Haji.
§               Mu’alamah, yaitu perbuatan yang dilakukan untuk memelihara keselamatan, sehingga tercipta keamanan dan ketenangan hidup, seperti persoalan – persoalan keluarga, harta pusaka, jual beli, hubungan kemasyarakatan dan sebagainya[73].
Pengertian Ibadah
Ibadah menurut bahasa adalah penyembahan, pemujaan,  pengabdian, tunduk yang setingginya dan disertai dengan do’a.[74]
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ibadah itu merupakan hak manusia kepada Allah dalam segala aspek yang didorong oleh rasa cinta dan tauhid kepada Allah SWT.
Ibadah Sholat
Sholat adalah ibadah badaniyah yang terdiri beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
1.      Kedudukan Sholat.
Sholat lima waktu disamping merupakan salah satu manisfestasi keimanan seseorang juga merupakan perintah yang harus dikerjakan seseorang yang beragama Islam. Untuk mengukur keimanan seseorang minimal dapat dilihat dari kerajinan mengerjakan sholat.

وعن حد يفة رضي اللّه عنه قال  قاَلَ رسول الله ص م: ماَ مِنْ حاَلَة يكفن العَبْدُ عَلَيْهَا احَبُّ الي الله الاَّ مِنْ انْ يراهُ  سَا  جِداً يَغْفَرُُ وجَهْهُ فيِ التُّراَبِ   (روا ه الطبرين)

“ Dari Hudaifah RA berkata : Bersabda Rosulullah SAW tiadalah suatu keadaan pada seseorang hamba yang lebih disenangi oleh Allah jika Dia melihat hamba Nya kecuali hambanya keadaan bersujud, maka diampunilah dosanya dan wajahnya tersujud tanah” (HR Thabrani) [75]

Disamping itu sholat juga merupakan pangkal ibadah, sebagaimana sabda Nabi  Muhammad SAW sebagai berikut:
ااَوَّ  لُ ماَ يُعاَ سَبُ /بهِِ  العَيْدِ يَوْ مَ القِياَمَةِ الصّلَ ةُ فاَنْ صَلعَتً صَلِحَ لَهُ ساَ أِرَ عَمَلِهِ وَانَ فَسََدَ تْ فَسَدَ ساَإِرَ عَمَلِهِ
“ Amal yang pertama kali akan dihisap bagi sesorang hamba dihari kiamat adalah sholatnya, jika sholatnya baik maka baik pula segala amalnya yang lain, jika sholatnya rusak maka rusak pula segala amal yang lain”.[76]

Dari hadits diatas dapat dikatakan bahwa segala amal kebaikan seseorang bila tidakdiiringi sholat tidak berarti apa-apa.
Kedudukan Sholat dalam Islam adalah  bahwa kewajiban hamba kepada Allah, bahwa sholat merupakan tiang agama garis pemisah antara kafir dan muslimin, merupakan syarat untuk mencapai keselamatan, dan merupakan penjga iman seseorang. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam Surat Ar-Rum ayat:31
مُنِيْبِيْنَ اِلَيْهِ وَاتَقُوهُ َوَاقِيْمُوا الصَّلوةَ +ولاَتَكُوْ نُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“ dengan kembali bertaubat kepada Nya dan bertaqwalah  kepadaNya serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.[77]




Hikmah diulang – ulangnya sholat sehari semalam terdapat hikmah yang besar, sebagai santapan sehat dan komplit untuk jiwa sebagai penjagaan dari melalaikan Allah sebagai penyucian hati dan jiwa dari debu-debu materi. Tentang hal ini syeikhul Islam Ad- Dahlawi berkata:
“Permasalahan dan program hidup umat tidak akan beres kecuali jika ada perhatian dalam setiap kesempatan, sehingga pekerjaan menunggu, dan mempersiapkan sholat termasuk dalam hukum  sholat. Maka teralisirlah penguasaan banyak waktu jika tidak menguasai seluruhnya.”[78]

Shalat merupakan mira’j bagi orang yang beriman kepada Allah kesempatan melapangkan ruhnya dan memerangi hatinya dan membersihkan jiwanya, sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat An- Ankabut: 45
اِنَّ الصَّلَو ةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ٭ە۴   
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan – perbuatan keji dan  mungkar”[79]

Thoha : 14
                                                          وأَ قِمِ الصَّلَوَ ةَ لِذِ كْرِی٭َ
“Dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”[80]




Al- A’raf : 170
وَ الَّذِ يْنَ يُمَسِّكُوْنَ  بِاالكِتَبِ وَأَ قاَمُوْ الصَّلوَ ةَ  ٭٠٧١
“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (taurat) serta  mendirikan  sholat” ( Al – A’raf: 170)[81]
Walaupun berpegang kepada Al Kitab menunjukannya kepada kewajiban mengerjakan sholat yang merupakan keistemewaan tersendiri bagi mereka yang mengerjakannya.
Dalam suatu riwayat yang menyebutkan bahwa sesunggugnya amal seseorang hamba-hamba yang pertama-tama diperhatikan pada hakikat adalah sholat. Bila ternyata sholat baik dan sempurna, maka diterima sholatnya mereka itu dan semua amalan lainnya sebaliknya bila ternyata sholatnya masih kurang, maka ditolak sholatnya dan semua amalan-amalan lainnya.[82]
Seseorang mukmin yang hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT, pasti melaksanakan pokok-pokok kebajikannya dengan melaksanakan sholat suatu haq Allah sendiri dan membelanjakan sebagian harta, suatu haq masyarakat yang melengkapi zakat dan segala haq yang lain, baik berdasarkan wajib maupun sunnah. Sholat adalah suatu rangka iman yang mendirikannya itulah mukmin yang benar, yang sungguh-sungguh menegakkan perumahan Islam.
Kedudukan sholat diantara berbagai macam taat sholat terhadap difardhukan sejak permulaan  Islam pada ketika itu Nabi Muhammad SAW senantiasa melaksanakan sholat sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Mukmin: 55
وَ سَبِّحْ بِحَمْدِ رَبََّكَ بِاِلعَشِرِّ وَلاِ بْكَرِ 
“Dan bertasbilah seraya memuji Tuhanmu pada waktu pagi dan petang”[83]
Ibadah malam hari pada ketika itu  hanya membaca Al-Qur’an setahun sebelum hijrah, barulah difardlukan  sholat lima kali. Seperti diketahui, bahwa tidak ada suatu perintah yang dipentingkan oleh Al-Qur’an sebagai sholat sungguh Allah SWT sebagai yang telah oleh Imam Ahmad telah membesarkan urusan sholat dan kَََedudukannya dalam Al-Qur’an.[84]
Kesimpulan yang dapat diambil dari hikmah sholat adalah sholat dapat mnciptakan ketenangan jiwa sebagai sarana pembinaan moral yang tinggi dan yang terakhir mengandung pendidikan disiplin.
2.      Macam-macam Sholat
a. Sholat Fardhu
                      Yaitu sholat lima waktu dikerjakan dalam sehari semalam ditentukan waktunya, yaitu:
Ø      Sholat Shubuh, awal waktunya mulai terbit fajar   sampai terbenamnya matahari.
Ø      Sholat Dhuhur, awal waktunya setelah cenderung matahari di pertengahan langit, akhir waktunya bila bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya selain bayang-bayang ketika matahari menungguk persis diatas ubun.
Ø      Sholat Ashar, awal waktunya mulai habis dhuhur bayang-bayang sesuatu telah panjangnya selain bayang-bayang ketika  matahari diatas ubun-ubun sampai terbenamnya matahari.
Ø      Sholat Maghrib, awal waktunya mulai terbenamnya matahari sampai hilangnya teja merah.
Ø      Sholat Isya’, awal waktunya mulai terbenamnya teja merah sampai terbitnya fajar .[85]
3.      Ibadah Puasa
Puasa menurut bahasa Arab menahan dari segala sesuatu seoerti menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah agama Islam yaitu menahan sesuatu yang membukakan satu hari lamanya mulai tertib fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Ibadah puasa adalah rukun Islam yang keempat yang diwajibkan kepada para muslimin untuk mengerjakannya. Sebagimana firman Nya dlam surat Al Baqarah : 183
  ياَ  اَيّهُا الذِ يْنَ اَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِيَامُ كَماَ كُتِبَ عَلىَ اّلذِ يْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَّلكُُُمْ تَتَّقُونَ ٭۱۸۳
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”.[86]

         Berdasarkan ayat di atas, maka ada beberapa golongan yang mendapatkan keringan dan bebas dari kewajiban puasa itu adalah:
a.   Orang sakit dan orang yang dalam perjalanan golongan ini dibebaskan dari wajib puasa selama sakit atau selamamusafir. Akan tetapi mereka diwajibkan mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain.
b.   Perempuan dalam keadaan haidl (menstruasi), perempuan hamil dan perempuan menyusui anak, tetapi mereka harus menqadho hari-hari mereka yang tidak berpuasa atau mereka membayar fidyah bagi kedua golongan yang terakhir ini.
c.     Orang tua yang sudah lanjut umur tiada kuasa lagi berpuasa.
d.    Orang sakit yang tidak harapan lagi sembuh dari sakitnya.[87]
         Jadi orang yang meniggalkan puasa di bulan Ramadhan dengan sengaja tanpa halangan, yakni yang tidak ada termasuk dalam kategori yng telah disebutkan diatas, orang itu di pandang melakukan pelanggaran besar atau mereka dapat dikatakan tingkat pengalaman ibadahnya rendah atau sebaliknya jika orang tidah mudah meninggalkan puasa selama tidak ada halangan yang dibolehkan, berarti tingkat pengalaman ibadahnya tinggi.
1.      Macam-macam Puasa
Ø      Puasa Wajib, ibadah puasa Ramadhan, puasa kafarat, dan puasa Nadzar.
Ø      Puasa Sunnah, puasa ‘Asyuro’, puasa Arafah, puasa senin kamis, dan puasa yang sederajat dengannya.
2.      Yang diwajibkan puasa
Ø      Orang Islam, baligh, dan berakal.
Ø      Kuat dan sehat.
    Cara berpuasa adalah bila kamu menyaksikan bulan Ramadhan
Ø      Dengan melihat bulan
Ø      Persaksian orang yang adil
Ø      Menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari apabila berawan
Ø      Dengan hisab
Ø      Maka puasalah dengan ikhlas niatmu karena Allah SWT
Ø      Niatlah puasa sebelum fajar
Ø      Kecuali bila kamu (wanita) sedang datang bulan atau sedang nifas, maka berbukalah dan gantilah puasa pada hari yang lain.
Ø      Bila mana kamu sedang menderita sakit atau berpergian, maka bolehlah kamu meninggalkan puasa kemudian meninggalkan pada hari yang lain, dengan puasa berturut atau berpisah-pisah.
Ø      Dan bila puasa terasa berat bagimu karena tuamu.
Ø      Sakit lama yang tidak sembuh-sembuh maka boleh berbuka, tetapi berfidyah dengan memberi makan kepada orang miskin buat satu hari satu mud. Begitu juga karena mengandung atau menyusui.[88]
            Adapun hikmah puasa adalah pertama bahwa puasa mencegahkan dan meninggalkan. Dan dari puasa itu sendiri adalah rahasia. Tidak ada padanya perbuatan yamg tidk terlihat sedang amalan-amalan nilainya adalah dengan di persaksikan dan dilihat orang ramai. Dan puasa itu tiada yang melihatnya selain Allah Azza Wa Jalla. Dari puasa adalah amalan pada batin dengan kesabaran semata-mata karena Allah. Kedua puasa itu paksaan bagi musuh Allah SWT sesungguhnya jalan bagi setan dikutuk oleh Allah dia kiranya ialah hawa nafsu.[89]
            2. Bentuk-bentuk pengamalan Agama Islam
                 Dalam kehidupan Islam, iman merupakan dasar yang akan menentukan dan memacarkan  perbuatan-perbuatan yang baik seperti yang dikatakan Sayyid Sabiq bahwa “Apabila aqidah (keimanan) itu baik maka baik pula seluruh kehidupan dan kedudukan. Jika iman rusak semuanya itu akan binasa dan berantakan.[90]
    Untuk itu orang Islam dituntut bukan hanya beriman saja, akan tetapi juga bukti nyata sebagai realisasi dari iman yaitu melaksanakan petunjuk-petunjuk dan perintah Nya, menjauhi semua larangan Nya.[91]
    Bentuk-bentuk pengalaman agamadibawah ini merupakan bukti nyata dari terwujudnya iman dalam bentuk praktek kehidupan sehari-hari:
1.Yang berkaitan dengan ibadah meliputi:
Ø      Sholat
Ø      Zakat
Ø      Puasa
Ø      Haji
Ø      Thaharah.[92]
    Bentuk-bentuk pengalaman diatas adalah persoalan yang berkaitan dengan urusan akherat, yang dikerjakan diri pada Allah. Adapun perintah dan cara melaksanakannya telah diatur oleh Allah melalui Rasul Nya. Dalam pembahasan ini penulis membatasi pada pengalaman ibadah sholat fardhu dan puasa Ramadhan.
   Bagi seseorang muslim sholat merupakan kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap orang mualaf, karena sholat itu merupakan dasar dan fondasi,keimanan sesorang dalam Islam. Disamping juga sebagai alat pendidikan rohaniah manusia yang efektif, yaitu mendidik kedisplinan dan hidup teratur, jika dilakukan secara kontiyu.



Firman Allah dalam surat

فَأَقِيْمُوا الصَّلَوةَ اِنَّ الصَّلوةَ كاَنَتْ عَلَى اَلمُوْ مِنِيْنَ كِتَباً مَوْ قُوْ تاً 
“Dirikanlah sholat ( sebagaimana biasa) sesungguhnya sholat itu adalah fardlu  yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”[93]
  
Hadits Nabi Muhammad SAW:
فَرَ ضَ ﷲ عَلَ أُمَّتىِ لَيْلَةَ ا لاِسْرَا ءِ خَمْسِيْنَ صَلاَ ةً فَلَمْ اَنْ لْ أُ را جِعُهُ
وَأَسْاَ لَهُ لِتَحَغيِفَ حَتَى جَعَلَهَا خَمْسًا فِى كَتِ يَوْ مٍ وَلَيْلَةٍ   

“Telah difardlukan Allah atas umatku pada malam Isra’ lima puluh sholat, maka senantiasa saya kembali ke hadirat Ilahi, dan saya minta keringanan sehingga dijadikan Allah lima puluh menjadi lima dalam sehari semalam.[94]

2. Yang berkaitan dengan akhlak, yaitu:
Ø            Akhlak manusia kepada kholik
Ø            Akhlak manusia kepada makhluk, baik makhluk bukan manusia (flora, fauna, alam sekitar) maupun terhadap sesama manusia (diri sendiri, keluarga, tetangga, masyarakat)[95].
    Dalam bentuk pengalaman agama yang bekaitan dengan akhlak sangatlah luas yaitu terdapat pada seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan penciptanya maupun terhadap sesama ciptaan Nya.
     Budi pekerti  yang baik merupakan pengikat persatuan dan kesatuan yang kuat dalam kehidupan  manusia didunia. Rasa senasib dan sepenagangguan akan terwujud dalam kepentingan dan memelihara ketentraman hidup bersama, karena akhlak atau budi pekerti nilai kepribadian manusia sebagai manifestasi dari sikap kehidupannya secara konkrit.
     Farid Ma’ruf  Noor menyatakan:
“….agama Islam itu sendiri pada prinsipnya adalah merupakan landasan hidup manusia agar memiliki akhlak yang baik dan mulia, baik akhlak yang dihadapkan Allah sebagai khaliq yang dihadapkan terhadap sesama manusia bahkan terhadap sesama makhluk.”[96]

     Dalam kaitannya dengan akhlak terhadap manusia Islam menetapakan untuk senantiasa taat dan patuh serta berlaku hormat kepada orang tua, bahkan anak dilarang keras membantahnya apalagi membentak hingga menyakitkan hatinya.
    Hal demikian difirmankan oleh Allah dalam surat Al Isro’: 23-24
وَ قَضَ رَبُّكَ اَلاَ  تَعْبُدُ  وْآ الاّ اِياََهُ بِالْوَا لِدَيْنِ اِحْسَانًااِمَّا يَبْلغَنَّ عِنْدَ كَ الْكِبَرَاحَد    
هُمَآ اَوْ كِلَهُمَا فَلا َتَقُل ْلَّهُمَآ اُف ٍّوَّ لاَتَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَريْمًا ٭٣٢   
وَا خْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّ لِ ّمِنَ ا لرَّ حْمَةَِ وَقُلْ رَّبِّ ارحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَنِىْ
صَغِيْرًا٭٤٢
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu sepuya jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap  mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka mendidik aku waktu kecil”.[97]



            Masih dalam lingkup akhlak terhadap sesama manusia disamping taat dan patuh pada orang tua dan guru, maka hubungannya antara sesama pelajar pun masuk dalam pembahasan ini, karena didalam usaha untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah yang baik dalam siswa tentunya menjadi satu rangkaian pula bahwa pergaulan antara sesamanya pun sangat perlu diperhatikan. Terlebih dalam hal berkawan atau memilih teman serta kesetiakawanan.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman agama Islam
Ø      Faktor lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat persemaian tumbuhnya generasi muda yang diharapkan dapat mengganti generasi tua, pemegang kendali nilai moral agama dan Negara. Pengaruh keluarga amat besar pada proses pertumbuhan, perkembangan dan pengembangan potensi serta pembentukkan kepribadian anak sehingga menjadi anak yang sholeh. Disamping keluarga adalah pelaksana pertama dan utama bagi pembentuk pribadi anak yang agamis.
Orang tua sebagai orang terdekat sekaligus penanggung jawab dalam pendidikan keluarga, harus tahu perkembangan  jiwa anak terlebih pada masa remaja menuju kedewasaan karena secara psikologis pada masa itu banyak mengalami kegoncangan hal mana dorongan dalam dirinya dirasa tidak sesuai dengan keadaan  yang ada pada dirinya. Dalam hal seperti ini ajaran dan ketentuan agama sangat dibutuhkan untuk mengembalikan jiwanya pada ketenangan dan kestabilan.[98]
Ø      Faktor lingkungan Sekolah
Pergaulan anak dengan orang lain (diluar lingkungan keluarga) terutama teman-temannya telah banyak menambah pengamalan agama dalam kehidupan, karena perhatiannya terhadap agama juga banyak dipengaruhi oleh teman-temannya.[99]
Lingkungan sekolah, dimana anak mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan memupuk kecerdasan dan pengembangan bakatnya.
Ø      Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat dimana keluaraga tinggal ikut mempengaruhi pengamalan agama anak yang bersangkutan, karena pergaulan anak di masyarakat akan lebih banyak menyita waktu, misalnya melalui kelompok bermain , kelompok belajar atau yang lain, jika hal itu tidak mendapat perhatian dari masyarakat sekitar dengan baik, mengenai didikan dan pengetahuan agamanya. Sementara didikan agama dari dalam keluarga dan disekolah pun sangat terbatas dan sesekali, maka tidak mustahil jika jiwa pertumbuhan dan peerkembangan keagamaan anak akan sangat minim lain hal nya jika pengetahuan agama lebih terjamin dengan baik demikian pula di sekolah, serta dalam pergaulan masyarakat akan sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak atau siswa, maka tingkat pemahaman dan pengalamannya dalam melaksanakan ajaran agama lebih nampak dan lebih dan lebih terjamin.
Dengan demikian lingkungan yang ada, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dimana anak tinggal dan bergaul kan sangat berpengaruh dalam pendidikan dan pengamalan agama bagi anak yang bersangkutan.
Ø      Faktor Ekonomi
Selain faktor pendidikan dan sosiologis, didalam membentuk membentuk kepribadian dan sikap beragama seseorang, maka pengaruh ekonomi tidak begitu saja dapat di lepaskan, ekonomi merupakan satu hal  sangat penting bagi manusia didalam memenuhi kebutuhan hidup, bahkan juga mempengaruhi keagamaan seseorang. Bahkan Mukti Ali pernah berpendapat:
“ Suatu yang tidak bisa di pungkiri,bahwa tidak jarang karena kekurangan dan pemikirannya seseorang mau terpaksa meninggalkan agama; memang kefakiran dekat sekali kepada kekafiran”.[100]

Didalam kenyataan banyak kita lihat bagaimana mereka saudara kita yang lemah ekonomi menjadi sasaran empuk bagi agama lain,yang menggunakan materi sebagai umpan mereka. Banyak mereka terjebak dengan misi, ini karena iman mereka masih dangkal dan lemah. Akan tetapi tidak sedikit diantara mereka yng berhati – hati dengan hal semacam ini. Jadi faktor ekonomi  ini erat hubungan dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan agama, sebab apabila seseorang sejak kecilnya sudah tertanam didalam jiwanya rasa keagamaan yang kuat dan berurat akar dan tempat pendidikannya menunjang maka mereka tentu tidak akan mudah terpengaruh dengan hal ini, demikian juga sebaliknya orang-orang yang terpenuhi bidang ekonominya bahkan bisa dikatakan telah cukup, ia juga bisa lalai dengan kewajiban agamanya. Dikarenakan limpahan harta dan mereka terbuai dengan kekayaan yang telah mereka miliki dan mengabaikan kewajiban – kewajiban nya selaku makhluk Allah SWT. Hal ini menujukan adanya pebgaruh ekonomi terhadap sikap dan kepribadian seseorang.
Ø      Faktor Psikologi
Manusia didalam menjalani hidupnya tidak selamanya berjalan mulus,ada kalanya tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sering ia terbentuk dengan penderitaan, kesedihan, kekecewaan, kegagalan dan sebagai berikutnya.
Kondisi psikologi semacam ini terkadang bisa membuat manusia tergoncang jiwanya, frustasi dan putus asa yang berkepanjangan. Wal hasil aktifitas-aktifitas hidupnya dapat terganggu karena nya mungkin kondisi semacamnya ini di sebabkan kegagalan seseorang dalam mencapai cita-cita, pecahnya kehidupan berumah tangga, ditinggal mati orang yang dia cintai dan sebagainya, maka seorang muslim dituntut bersikap tawakal dan tabah dan seketika itu  juga harus ingat pada Allah seraya memohon petunjuk dan pertolongan Nya, sehingga mereka tidak akan berlarut dan terbawa dengan kesedihan yang akan membawa pengaruh dan dampak yang sifatnya negatif.
Murtadha Muttahari mengatakan bahwa akibat kehidupan kontemporer yang bersumber pada ketiadaan agama adalah dengan meningkatnya penyakit syaraf dan psikologis.[101]
Dengan demikian semakin jelaslah bahwa hubungan antara psikis dan tingkat keagamaan seseorang erat kaitannya, didalamnya jiwa yang damai dan tenang sangat memungkinkan seseorang akan semakin tekun dalam mengamalkan perintah agamanya sebaliknya orang yang tidak sungguh-sungguh didalam mengamalkan ajaran agamanya, dan dangkal imannya ia di mungkinkan mudah tergoncang jiwanya.
            Selain pengamalan agama Islam juga memerintahkan  kepada setiap muslim untuk menuntut ilmu mempergunakan akal yng diberikan Allah dengan cara membaca segala sesuatu yang ada di alam. Perintah untuk menuntut ilmu ini termaktub dalam surat Al- Alaq 1-5:
OQN4¥,¬,5²0¯\,6³/Ú[+¥,¬,sOPN+¥,¬,s5Â9x«[+©0^+y/±6\0^Õ+z6¤/[
OSN/±,¬,¤6«\0^+±,¬,Ð/x:«[ORN-®+z6§+Ú[+©;^+y+¼Ç+z6£/[
OTN5±,¬6˜,Ã5±,«\,¯+²\,0³/Þ[+±:¬,
“ 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2. Dia yang mencipatakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. 5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. “[102]

            Pada ayat tersebut manusia di perintahkan untuk membaca. Adapun membaca tersebut dapat digolongkan : membaca tulisan, membaca alam dan membaca pengamalan yang telah lalui
            Bila manusia ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akherat maka ia hendaklah mempunyai ilmu berdasarkan hadits:
/¹6Ä,¬,˜,Ÿ+º+z0n+Ú[+u[+y+[5²,¯+¼ G/±6¬0˜«\0^/¹6Ĭ,˜,Ÿ;v¬[+y+[5²,¯
J±6¬0˜«\0^/¹6Ä,¬,˜,Ÿ+\¯.·+y+[5²,¯¼ G/±6¬0˜«\0^

               “ Barang siapa ingin dunia hendaknya ia berilmu, dan barang siapa ingin akhirat   hendaklah ia berilmu, barang siapa inginkan keduanya maka hendaklah ia berilmu.”[103]















            G. Metode Penelitian
A.     Metode Penelitian
Adapun metode yang kami gunakan penelitian ini adalah
                        1. Metode Penentuan Subyek
    Yang dimaksud dengan metode penelitian subyek penelitian adalah untuk mengetahui siapa-siapa yang akan menjadi  subyek dalam penelitian, sebagai sumber data ini penelitian ini adalah:
a.       Kepala sekolah dasar Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.
b.      Guru Agama Islam kelas IV, V, VI sekolah dasar tersebut.
c.       Siswa kelas IV,V, VI sekolah dasar tersebut.
                           2. Objek Penelitian
Yang dimaksud objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
            Sedangkan objek yang dimaksud dalam penelitian disini adalah orang tua anak dan anak SD Muhammadiyah Suronatan Kelas IV,V,VI.
B.     Metode Pengumpulan Data
Yaitu cara untuk mengumpulkan data atau keterangan dalam suatu penelitian. Data yang diambil harus sesuai dengan persoalan yang akan dibahas yaitu data-data  yang akan hubungan dengan penelitian tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:[104]



            1.Interview atau Wawancara.
            Metode Interview adalah sebagai suatu proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat yang lain dan mendengarkan suaranya.[105]

       Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara bebas, dalam pengertian penulis hanya pokok-pokok masalah yang akan dipertanyakan dalam wawancara akan penulis lakukan kepada kepala sekolah dasar Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta, Guru Agama Islam IV, V, VI,  yang mengajar di sekolah dasar, siswa kelas IV, V, VI, untuk mendapatkan data mengenai:
1.      Sejarah berdiri dan perkembangan sekolah dasar Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.
2.      Pandangan kepala sekolah tentang peranan orang tua dalam memotivasi anak  tentang pengalaman agama di sekolah dasar tersebut.
3.      Peranan guru agama dalam memotivasi anak didiknya dalam  mendapatkan  pengalaman agama di sekolah dasar tersebut.
4.      Hal-hal yang mendorong maupun penghambat dalam memotivasi anak dalam mendapatkan pengalaman  agama disekolah dasar tersebut.
2.  Metode Observasi
      Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan       pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.[106]

     Jadi observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
       Jenis observasi yang penulis pergunakan dalam penulisan ini adalah observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh obyek yang diobservasi. Ini dilakukan untuk menghindari adanya tingkah laku yang dibuat-buat karena mengerti sedang diobservasi. Jika hal itu terjadi, maka data diperoleh kurang menyakinkan. Adapun metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas pelajaran agama adapun aktifitas itu seperti sholat berjama’ah, mengaji disekolah tersebut. Observasi ini juga digunakan dalam rangka melengkapi data-data yang  ada.
            3. Metode Dokumentasi
               Dokumentasi adalah sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa itu yang ditulis         dengan sengaja untuk menyimpan atau memasukkan keterangan mengenai         peristiwa tersebut.[107]

            Kedudukkan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah sebagai metode primer, karena memperoleh kedudukkan utama jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Dalam hal ini penulis mengambil dokumen-dokumen yang ada sangkut pautnya dengan data yang dibutuhkan seperti struktur organisasi, sejarah berdirinya, dan lain-lainnya.
            4. Metode Angket
                Metode angket ini penulis untuk memperoleh data atau informasi dari siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang dirinya yang ada pengamalan agamanya disamping juga tentang kondisi keberagaman orang tuanya.
     Menurut Sursimi Arikunto angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal – hal yang ia ketahui.[108]
            C. Metode Pengolahan Data
                Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penganalisaan dan pengolahan data. Oleh data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif, maka metode yang digunakan :
         Data kualitatif adalah penulis menyajikan data kemudian menganalisa dalam bentuk kata-kata kalimat. Dalam hal ini penulis menggunakan metode:
a.   Metode Induktif
Yaitu suatu metode  yang berupa proses penarikan kesimpulan umun dari faktor-faktor, peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus.
b     Metode Deduktif
Yaitu metode yang bertitik tolak dari pengetahuan umum itu untuk menilai kejadian yang bersifat khusus.[109]
D. Metode Analisis Data.
Yang dimaksud dengan metode analisa data suatu usaha yang ditempuh untuk memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh dari  hasil pengetahuan yang telah masuk seleksi dan tersusun dalam suatu rangkaian tertentu.
          Metode analisia kualitatif adalah menganalisa data dengan penggambaran kalimat yang teratur, sehingga mudah dimengerti makna dan yang terkandung didalamnya.
            Sedangkan untuk mengolah data atau menganilisa data yang sifatnya kuantatif menggunakan analisa statistik sederhana dengan formasi:




P = F
       N x100%
 
 



                                               
                        Keterangan:
                        P = Angka Persentasi
                        F = Frekunsi yang sedang dicari persentasenya
                        N = Number Of Cheses ( Jumlah frenkuensinya ataunya banyaknya    individu)[110]. Dari angket yang sebar 214, sedangkan yang kembali 205, dari seluruh siswa sebanyak 214 siswa, jadi yang tidak kembali ada 9 angket.
     Rumus ini di gunakan untuk mencari persentase dari hasil penyebaran angket siswa, baik untuk mengetahui pengamalan ajaran Islam , siswa maupun kondisi kehidupan beragama orang tuanya.










      H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
        Sistematika pembahasan yang akan disajikan dalam skripsi ini secara utuh adalah sebagai berikut: sebagai langkah awal dari skripsi ini masih merupakan sisi formalitas yang harus diperhatikan sebagai syarat keabsahan diterima skripsi ini sebagai suatu karya tulis ilmiah. Ini terdiri dari halaman judul, halaman nota dinas,halaman pengesahan, halaman motto, halaman daftar isi, halaman tabel.
      Selanjutnya bagian isi yang meliputi empat bab yang terdiri dari bab satu yang berisi pendahuluan. Dalam bab ini terkandung latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian , dan sistematika pembahasan.
     Bab dua penulis cantumkan gambaran umum lokasi penelitian yang berisi gambaran umum SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta meliputi Letak geografis, sejarah singkat dan perkembangan, struktur organisasi, keadaan karyawan dan guru, keadaan siswa  serta sarana dan prasarana.
     Bab tiga tentang  peranan orang tua terhadap  motivasi anak tentang pengamalan agama, terdiri dari bentuk-bentuk upaya pembinaan keberagamaan, kondisi kehidupan beragama di lingkungan keluarga siswa dan pengamalan agama islam siswa.
      Bab empat penutup, terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi kesehatan, rahmat, serta petunjuk atas selama penulisan skripsi ini.
     Bab terakhir dari skripsi ini adalah memuat daftar kepustakaan , lampiran-lampiran, serta riwayat hidup.

BAB II
GAMBARAN UMUM
            a. Letak Geografis
                SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta, yang terletak didaerah Suronatan, tidak jauh dengan jantung kota Yogyakarta. SD Muhammadiyah Suronatan berbatasan langsung dengan rumah-rumah yang ada daerah Suronatan, sebelah barat berbatasan dengan kampung Kauman, sebelah Timur berbatasan dengan kampung Notoprajan, sebelah utara berbatasan dengan jalan KHA Dahlan Yogyakarta.
            b. Sejarah Singkat Berdiri SD Muhammadiyah Suronatan
                Pada masa penjajahan Belanda, dimana masa itu bangsa Indonesia mengalami masa yang sulit untuk mendapatkan pendidikan, karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Terdorong oleh keadaan tersebut maka salah satu putera bangsa pada saat itu KHA Dahlan, telah memberanikan diri untuk memberikan kesempatan, kepada anak bangsa untuk merasakan dunia pendidikan.
                SD  Muhammadiyah Suronatan  berdiri sejak tahun  1918 merupakan salah satu sekolah yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan yang diberi nama Standard School. Pada awal berdiri sekolah hingga tahun 1973 para siswanya putra semua, pada tahun 1974  para siswanya putra- putri sampai sekarang.[111]
            Menyikapi perkembangan  dan tuntutan zaman SD Muhammadiyah senantiasa melakukan  pembenahan dan pembangunan. Baik pembangunan fisik maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya.
            Saat ini SD Muhammadiyah Suronatan sedang giat melaksanakan pembangunan gedung sekolah berlantai tiga dan dikerjakan dalam tiga tahap.
            Berkat kerja keras, ketekunan, keikhlasan serta kerjasama yang baik dari pihak-pihak terkait, maka out put sekolah ini makin dapat dibanggakan. Animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD ini makin meningkat.[112]
            c. Struktur Organisasi
            Struktur Organisasi merupakan suatu bagan tatanan dalam suatu lembaga atau badan atau perkumpulan tertentu, dalam menjalankan roda organisasi untuk itu diperlukan struktur organisasi yang mapan dalam menjalankan tugas dan tujuan pendidikan yang dicita-citakan, agar tidak terjadi kekacauan dan ketimpangan dalam tugas.
            Struktur organisasi yang ada di SD Muhammadiyah Suronatan adalah merupakan struktur organisasi dimana merupakan rentangan kekuasaan kepala sekolah, dimaksudkan sebagai pembagian tugas  dan tanggung jawab bersama seluruh personil yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.










Tabel 1 Struktur Organisasi
PCM Ngampilan
 
Dinas P dan P Kota Yogyakarta
 
SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta[113]













 



















Keterangan:
Pimpinan Cabang  Muhammadiyah Ngampilan : Drs Sunari.
Dinas P dan P Kota Yogyakarta                                   : Drs Sugito, MSi
Kepala Sekolah                                                            : Kismadi, S.Pd
Komite Sekolah                                                            : Ahmad Husein, SE
Wakil Kepala Sekolah Bid Kurikulum               : Supiyani, Ama, Pd
Wakil Kepala Sekolah Bid Keuangan                           : Martini, S.Pd
Wakil Kepala Sekolah Bid Permuridan             : Repi Sardiyah
Tata Usaha                                                                   : Sumardjono, S.Pd
Bendahara                                                                    : Dwi Budi Ningsih, S. Ag
            d. Sarana dan Prasarana
                Fasilitas yang ada di SD Muhammadiyah meliputi:
1.      Lingkungan sekolah cukup kondusif: bersih, sehat, indah, nyaman, dan Islami.
2.      Terletak di tengah kota, mudah dijangkau dengan kendaran umum
3.      Disediakan mushalla sebagai pusat kegiatan ibadah dan keagamaan
4.      Ada warung sekolah, sehingga makanan lebih terjamin.
5.      Ruang Lobaratium dan Laboratium Komputer.
6.      Pembinaan siswa berbakat
7.      Tersedia perpustakaan yang cukup lengkap
8.      Pelayanan tabungan sekolah
9.      Gedung dan ruang kelas cukup representatif untuk belajar, tenang,  sejuk.
10.  Pelayanan kesehatan siswa.[114]

BAB III
HASIL DAN PENYAJIAN
PERANAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI ANAK
TENTANG PENGALAMAN AGAMA
A. Pembinaan Kehidupan Beragama
      Kegiatan pendidikan agama Islam dilaksanakan di SD Muhammadiyah Suronatan merupakan pengembangan dari ciri khas keagamaan Islami yang melekat pada lembaga pendidikan ini
Adapun strategi pelaksanaan ciri agama Islam yang pelaksanaan penyampaian  materi agama ini berpaduan pada garis-garis program pengajaran, merupakan perpaduan  kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Persyarikatan Muhammadiyah.
Guru yang diberi tanggung jawab untuk memberikan pengajaran agama kelas I, II, III dengan model guru kelas masing-masing. Untuk kelas IV A Bapak Subarjo, IV B Ibu Supiyani, Kelas VA Ibu Sudarsih, VB Bapak Sumardjono, VI A Bapak Hartoyo, VI B Bapak Zabidi.[115]
Adapun metode pengajaran yang digunakan  metode bergantian sesuai dengan cukup bervariasi menggunakan metode bergantian sesuai dengan materi yang disampaikan. Diantaranya metode ceramah, tanya jawab, demontran crill( latihan) dan pemberian tugas. Namun dari berbagai menurut para guru metode yang paling sering dipaakai adalah metode ceramah yang dikombinaikan tanya jawab.[116]
Disamping usaha yang berkaitakan secara langsung dengan materi ajar pengajaran agama Islam dikelas ( kegiatan intra kuriluler) Sekolah Dasar Suronatan Muhammadiyah Yogyakarta juga menciptakan suasana keislaman dilingkungan sekolahan.
Suasana keagamaan ini direalisasikan diantaranya dalam bentuk simbol-simbol keislaman yakni:
Ø      Berkaitan dengan pakaian, SD Muhammadiyah mewajibkan setiap individual baik guru maupun murid untuk berbusana muslim.
Ø      Tata ruang, dalam hal ini diwujudkan dengan cara meletakkan gambar-gambar dan kaligrafi tulisan ayat-ayat Al-Qur’an terutama yang berkaitan dengan keutamaan belajar disemua ruangan kelas dan penulisan basmalah diatas papan tulis.[117]
            Hal ini diatas dilakukan dengan harapan semua anak didik mendapatkan suasana agamis, disamping pula itu SD Muhammadiyah Suronatan juga mempunyai musholla yang dibangun oleh KH Ahmad Dahlan yang dahulu  dipakai sholat jama’ah sholat dhuhur, tetapi dengan anak didik yang begitu banyak sehingga mushola tersebut tidak dipergunakan.
 Upaya lain dengan pembinaan kehidupan beragama pada siswa adalah penciptaan suasana keagamaan berupa kegiatan . Adapun bentuk- bentuk keagamaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:




Ø      Membiasakan do’a bersama.
Ketika memulai dan sesudah selesai belajar mengajar. Hal ini dilakukan sebagai upaya membimbing siswa untuk selalu dekat dengan Allah SWT karena berdo’a berharap dan memohon kepada Allah untuk mengabulkan apa yang menjadi harapan atau keinginannya, dan setelah mendengar suara azan dhuhur.
Ø      Melaksanakan sholat Dhuhur berjama’ah
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada jam istiharat kedua yakni jam 11.15- 11.30. Adapun tempat  pelaksanaan di masjid At- Tahkim dan masjid At – Taqwa yang berjarak tidak jauh dengan sekolahan. Namun kegiatan karena alasan tempat dan waktu  bapak kepala sekolah hanya diwajibkan bagi siswa III, IV, V, VI yang memang mendapatkan pelajaran tambahan sampai sore.
Ø      Peringatan hari-hari besar Islam
Kegiatan hari-hari besar tidak seluruhnya diperingati SD Muhammadiyah Surontan. Hanya peringatan tahun baru Islam (Muharam) dan Nuzulul Qur’an yang biasanya diperingati untuk kegiatan peringatan atau muharam selalu diisi ceramah keagamaan, sedangkan untuk peringatan hari besar lainnya tidak dilakukan dengan alasan mayarakat sekitar juga sudah melaksanakan dengan berbagai pengajian umum untuk pihak SD Muhammadiyah Suronatan hanya memberikan anjuran pada siswa untuk mengikuti atau menghadiri berbagai hari besar itu.


Ø      Kegiatan semarak bulan Ramadhan
Kegiatan ini dilakukan  untuk mengisi liburan sekolahan dan juga  untuk membiasakan diri pda anak didik untuk mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan yang positif. Pelaksanannya bertempat di SD Muhammadiyah Suronatan biasanya dimulai seminggu  setelah Ramadhan dan diakhiri seminggu menjelang Lebaran. Kegiatan ini wajib diikuti oleh siswa kelas.  Adapun isi kegiatan meliputi jama’ah sholat dhuhur, tadarus Al-Qur’an dan buka puasa bersama. Untuk buka puasa bersama hanya dilakukan  satu kali. Untuk ceramah keagamaan agar tidak bosen selain diisi oleh para guru secara bergantian juga mengundang para guru yayasan.
Selain berbagai upaya diatas menurut bapak kepala sekolah selalu diupayakan pencipatan pergaulan yang baik didasari oleh rasa kasih sayang dan kekeluargaan antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan antara siswa sendiri.
 Para guru dianjurkan untuk selanjutnya untuk selalu menjadi teladan yang baik pada siswa karena keberadaannya, sikap dan tindakan atau perbuatannya selalu menjadi modal atau contoh bagi siswa. Untuk melatih pergaulan yang baik antar siswa maka bila ada yang teman yang sakit para siswa bersama seorang guru menegok kerumah siswa tersebut. Dan berbagai upaya pembiasaan berakhlak karimah  dalam pergaulan sehari-hari seperti tolong menolong, menghormati para guru, meminta maaf bila berbuat salah dan sebagainya. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa menjadi terbiasa untuk berakhlak yang baik dalam kehidupannya.[118]


Hal ini di tegaskan oleh pihak sekolah dengan wawancara sebagai berikut:
“Setiap harinya untuk kelas satu sampai tiga  jam 06.30-07.30, siswa belajar iqro’, sholat dhuha, sampai sholat dhuhur berjama’ah setiap harinya untuk semua kelas.”[119]

            Demikianlah berbagai upaya yang dilakukan oleh para guru dalam pembinaan kehidupan beragama siswa baik melalui penciptaan suasana keagamaan baik yang bersifat fisik, pergaulan maupun kegiatan baik yang bersifat ritual maupun sosial.
     B. Kondisi Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga Siswa.
          Dari sudut pandang proses, pendidikan agama merupakan proses interalisasi, pembentukkan dan pengembangan potensi individu melalui kegiatan interaksi pendidikan antara guru, murid , bahan pengajaran dan lingkungan. Sehubungan dengan kenyataan bahwa kenyataan bahwa pendidikan agama .Islam dipengaruhi oleh lingkungan  peserta didik, maka dengan sendiri keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan SD Muhammadiyah Surontan sebagai pembentukan perilaku keagamaan siswa akan dipengaruhi kondisi kehidupan masyarakat pada umumnya dan khususnya kondisi kehidupan keluarga atau orang siswa.
            Hal ini cukup beralasan karena frekuensi peserta didik lingkungan  keluarga  lebih dari pada lingkungan sekolah. Terlebih pada usia anak SD dimana situasi sangat terikat dengan lingkungan keluarga.
Oleh karena itu sebelum membahas lebih jauh tentang pengalaman ajaran agama Islam pnting karenanya penulis menyajikan data tentang kehidupan beragama. Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan siswa di keluarga. Karena bagaimanapun sikap orang tua terhadap pelaksanaan ajaran agama sangat mempengaruhi sikap anak didik yang  mendapatkan pembinaan dari sekolah. Bila orang tuanya secara konsisten melaksanakan ajaran Islam kehidupannya dan mendorong untuk melakukannya akan menimbulkan dampak positif bagi anak. Namum sebaliknya mereka cenderung tidak melaksanakan kegiatan keagamaan secara sungguh-sungguh.
 Data tentang kondisi keberagamaan di lingkungan keluarga siswa diperoleh dengan metode angket sebagi metode pokok, metode observasi dan metode wawancara sebagai cheching silang (cross cheek).
Hal yang menjadi titik tekan dalam mengungkap kondisi tersebut adaalah mengenai tingkat keehidupan agama orang tua siswa yang dibatasi pada pengetahuan agama, pengamalan ajaran agama dan pembiasan pendidikan agama dikeluarga, baik dalam bentuk ajaran, anjuran, perintah, teguran dan pujian.
 Berdasarkan data yang diperoleh baik melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan, orang tua SD Muhammadiyah Suronatan memiliki kesadaran yang cukup baik akan pentingnya pendidikan agama bagi perkembangan  anak yakni 196  orang tua atau 88 %, selebihnya yakni 9 orang atau 21,5 % kurang memilliki kesadaran dan orang tua lainnya cenderung memiliki sikap acuh tak acuh terhadap pendidikan keagamaan putra-putrinya.
Para orang tua yang memiliki kesadaran cukup baik pada umumnya mereka memiliiki pengetahuan agama yang cukup baik yang di dapat kan dari lembaga pendidikan khusus seperti madrasah atau pesantern, dan bagi yang  tidak, mereka rajin menambah pengetahuannya dari kegiatan ceramah agama ( pengajian) yang mereka aktif  ikuti. Dari pengalaman ajaran agama  bisa dikatakan cukup atau konsisten terutama ibadah sholat dan puasa  Hal ini menjadi teladan yang baik bagi siswa, karena menurut kebiasaan orang tua akan diikuti oleh anak. Disamping itu secara umum, mereka juga mempunyai kecendurangan mendorong untuk kemajuan pendidikan agama bahkan orang tua yang senantiasa mengajak anak-anaknya untuk menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan untuk selebihnya yakni 9 orang atau 22,5 % dari jumlah keseluruhan oarng tua siswa kondisi kehidupan beragama didalam keluarganya cukup memprihatinkan, mereka umumnya tidak mempunyai kesadaran terhadap pendidikan agama anak-anaknya sehingga para orang tua ini cenderung  bersikap acah tak acuh terhadap keagamaan yang dilakukan anak baik sholat, puasa. Hal ini karena mereka sendiri tidak mempunyai kesadaran menjalankan ajaran agama  dalam kehidupan secara konsisten. Dan berdasarkan pengamatan orang tua siswa tersebut tidak aktif mengikuti yang diselenggarakan oleh masyarakat di lingkungan Suronatan Yogyakarta baik karena alasan malas maupun karena alasan terlalu sibuk oleh pekerjaan.
Hal ini ditegaskan dengan wawancara dengan orang tua siswa, sebagai berikut:
“ Saya sebagai orang tua menkontrol gimana dalam menjalankan ibadah nya,hanya saja memberikan kebebasan untuk dia, tapi itupun harus dikontrol, kalau tidak nanti besarnya tidk memiliki dasar agama yang kuat.”[120]

Demikianlah kondisi lingkungan kehidupan keluarga siswa baik ditinjau dari ketaatan maupun kebiasaan yang mereka lakukan terhadap putra putrinya. Data tentang kondisi agama dalam kehidupan siswa tersebut dipergunakan untuk mempertajam analisis tentang pengalaman agama Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari.




 C. Pengalaman Agama Islam Anak
          Data tentang pengalaman ajaran agama di kalangan siswa SD Muhammadiyah Suronatan dalam penelitian di himpun melalui metode observasi, baik di lingkungan sekolah maupun siswa , wawancara guru dan para orang tua serta aktif  sebgaimana dijelaskan  dalam bab pendahuluan  bahwa aspek pengalaman ajaran agama Islam yang dimaksud adalah pengalaman sholat dan puasa di Bulan Ramadhan.
     1. Pengalaman Ibadah Sholat.
            Ibadah sholat dalam ajaran sholat merupakan soko guru atau tiang agama Islam, sehingga bila orang teguh dalam menjalankan  sholatnya, maka berarti dia menjaga agamanya  dengan baik. Sebaliknya orang-orang yang mengabaikan sholat berarti telah menghancurkan soko guru  agama.
Berdasarakan pengamatan penulis,  siswa-siswa di SD Muhammadiyah Suronatan sudah dapat melaksanakan ibadah sholat secara tertib dalam hal gerakan-gerakan yang ada dalam sholat dari takbiratul ikhram hingga salam. Adapun mengenai penguasaan bacaan dalam sholat berdasarkan wawancara dengan guru agama, siswa kelas IV (enam) mayoritas sudah dapat menghafal bacaan dalam sholat dengan baik. Hal ini dikuatkan dengan hasil angket mengenai seberapa besar kemampuan siswa tentang hafalan do’a dalam hafalan, mayoritas menjawab sudah hafal yakni 193 siswa atau 70 %, sedangkan selebihnya mengatakan kurang hafal yakni 12 orang atau 30 % dari populasi.
Mengenai keaktifan mengerjakan sholat lima (5) waktu berdasarkan observasi di lapangan dalam sehari semalam rata-rata siswa melakukan sholat. Namum dari segi keaktifan cukup bervariasi. Untuk sholat dhuhur karena diharuskan oleh SD Muhammadiyah Suronatan untuk ikut, maka hampir semua siswa aktif mengikuti sholat berjama’ah di Masjid At- Taqwa dan masjid At – Takhim. Hampir ada 10 siswa atau 15 % yang sering membolos. Tetapi jika diketahui oleh giru biasanya langsung ditegur. Hal ini dilakukan agar siswa tidak mengulangi lagi.
 Sedangkan tentang pelaksanaan ibadah sholat sholat, siswa diluar sekolah banyak dipengaruhi oleh kondisi masyarakat dan kondisi keluarga siswa. Untuk sholat maghrib dan Isya’ kebanyakan dari mereka megikuti. Hal ini karena terkondisikan tiap masjid atau musholla mengadakan pengajian Al-Qur’an setelah sholat maghrib sehingga sebelum maghrib mereka sudah berkumpul di musholla yang dekat rumah siswa untuk sholat berjamaah bahkan beberapa ank yang datang mengumandangkan adzan. Berdasarkan pengamatan ada sebuah langgar yang menjadi sentral ibadah subyek penelitian yakni Langgar Pusaka. Sehingga kebanyakan sudah aktif melaksanakan sholat walaupun belum teratur, pada umumnya mereka dalam sehari semalam sudah melakukan sholat 2-3 waktu, bahkan dalam keluarga yang taat  dari perhatian terhadap agama anaknya pelaksanaan sholat subuh. Sehingga seringkali dibiarkan saja tidak sholat.
            Berkaitan dengan sholat jum’at sebagai ibadah rutin mingguan menurut para orang tua  dan siswa sudah aktif melaksanakannya. Berdasarkan pengamatan penulis para siswa cukup bersemangat melaksanakan sholat Jum’at yang bertempat di Masjid At- Taqwa dan Masjid At- Takhim[121]
Untuk mengetahui lebih rinci data tentang pengamaln ibadah sholat, siswa sebagai data pelengksp untuk mengetahui informasi lebih detail dibawah ini penulis tabel dari hasil tabulasi data item 1, 2 dan 3.


Tabel 2
Hasil tabulasi dat Item No 1,2 dan 3
Pengamalan Ibadah Sholat Wajib 5 Waktu
Item
Alternatif Jawaban
F
%
No 1
a.Ya, semua hafal
b. Kurang hafal
c. Tidak hafal
191
14
-
88
10
-
No 2
a. Aktif 5 Waktu
b. Kurang Aktif
c. Tidak Aktif
95
-
-
88
-
-
No 3
a. 3-4 Waktu
b. 2-3 Waktu
c. 1-2 Waktu
89
20
1
2,30
10,25
2,05
Sumber: Hasil angket siswa-siswi SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengamalan ibadah sholat dalam segi terampilnya sebagian besar menguasai yakni ada 95 siswa atau 88 % dari populasi. Kondisi ini cukup menggembirakan karena penguasaan bacaan- bacaan do’a dalam sholat unsur utama selain gerakan-gerakan didalam pengamalan ibadah sholat siswa. Dan pelaksanaan sholat jama’ah di SD Muhammadiyah Suronatan diyakini memantapkan siswa dalam menuaikan ibadah sholat. Nanum yang perlu juga mendapat perhatianadalah adanya masih adanya siswa yang belum menguasai bacaan-bacaan sholat dengan baik yakni 98 siswa atau 30 % responden. Oleh karena itu pihak SD Muhammadiyah Suronatan sebaiknya mencari solusi untuk hal ini misalnya dengan membiasakan siswa menghafal bacaan – bacaan do’a sholat 10 menit sebelum pelajaran di mulai. Selain terampil melaksanakan kaifyah sholat juga siswa  diharuskan mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari jawaban responden mengenai keaktifan mengerjakan sholat wajib 5 waktu sebagian siswa belum mengerjakannya secara teratur 5 waktu sehari semalam. Terlihat dari tabel diatas mampu melaksanakannya 5 waktu secara rutin sudah hampir mampu melaksanakannya 98 siswa atau 88 % saja, adapun siswa yang kurang aktif sebagian besar melakukan sholat dalam sehari semalam hanya 2-3 waktu yakni 20 anak atau10,25  % dari 205 responden. Hal ini sesuai dengan pengamatan di mana siswa kebanyakan aktif pada saat sholaat maghrib, Isya’ dan tentunya sholat dhuhur di lingkungan  sekolah. Dari sini dapat diketahui bahwa siswa belum mempunyai kesadaran penuh untuk melaksanakan sendiri tanpa pengkoordinasikan dari luar dirinya, dan pihak SD Muhammadiyah Suronatan sebaiknya merencanakan program sholat dhuhur berjama’ah tidak hanya pada kelas VI saja tetapi untuk semua siswa, sehingga setelah lulus mereka mempunyai pemantapan untuk melakukan sholat secara teratur, termasuk juga upaya membangun kesadaran orang tua tentang pentingnya pembiasaan ibadah sholat pada anak karena bagaimana pengamalan ibadah sholat pelaksanaannya lebih banyak di bulan Ramadhan lebih efektif jika orang tua sendiri yang secara langsung memantau pelaksanaan ibadah wajib ini.




     2. Pengalaman Ibadah Puasa
            Puasa dalam istilah Agama artinya adalah menahan dari makan, minum mulai dari waktu fajar sampai maghrib, karena mencari ridha Allah. Puasa dalam kehidupan anak-anak merupakan upaya agar anak terbiasa menghayati kehidupan beragama sehingga lambat laun kesadaran beragamanya berkembang kearah yang lebih baik.
Puasa disamping melatih anak untuk memiliki kepekaan sosial juga melatih kejujuran. Karena dalam pelaksanaan ibadah puasa manusia bebas tidak ada pengawasan dari luar kecuali dari Allah  semata, tidak seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti apakah seseorang yang dapat mengetahui itu puasa atau tidak. Ini berarti bahwa dengan berpuasa melatih diri anak-anak untuk jujur dalam pelaksanaan ibadahnya.
 Berdasarkan dari wawancara dengan guru, sebagian besar siswa sudah dapat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan secara penuh selama sebulan. Hal ini diketahui dari buku kegiatan Ramadhan yang selalu di bagikan bila bulan puasa tiba. SD Muhammadiyah Suronatan juga berusaha mengkondisikan siswa mengadakan kegiatan positif untuk mengisi bulan Ramadhan di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.
Dukungan dari orang tua juga sangat besar berkaitan dengan pelaksanaan ibadah puasa. Dalam keluarga yang kondisi keagamaan dalam kategori cukup baik, semua putra-putrinya sudah bisa melaksanakan ibadah puasa secara penuh, bahkan menurut mereka sejak kelas IV umur 10 tahun sudah bisa menjalankan secara konsisten bulan Ramadhan tiba.
Adapun anak yang hidup di lingkungan keluarga yang taat mereka berpuasa lebih karena dorongan para guru juga dukungan dari kondisi lingkungan masyarakat yang agamis sehigga sebagian  dari peserta didik dalam katogori keluarga yang sudah dapat melaksanakan secara teratur. Rata-rata dari peserta didik yang tidak melaksanakan ini berada di lingkungan keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama anak.[122] Kondisi intern juga karena kurangnya faktor keteladanan dari para orang tua terdapat beberapa orang tua yang belum mampu melaksanakan puasa secara ajeg bahkan berdasarkan infomasi yang penulis dapatkan ada yang tidak menjalankan puasa sama sekali   di bulan ramadhan. Tidak adanya faktor keteladanan dari orang tua sebagai figur dan pendidik dalam keluarga mengurangi kesungguhan anak untuk menjalankannya, walaupun dari mereka mengatakan tetap dorongan  namun kenyataannya peserta didik dalam katogori keluarga seperti ini belum dapat melaksanakan secara penuh. Karena anjuran atau perintah buat anak-anak tidak cukup, harus ada figur yang lebih visual dapat dijadikan idola yang akan lebih memantapkan pengamalan ibadah khususnya dalam hal  ini adalah puasa.
     Untuk lebih memperkuat pemaparan data diatas, di bawah ini di cantumkan informasi yang di berikan siswa melalui jawaban yang mereka berikan terhadap beberapa pertanyaan mengenai pengalaman ibadah puasa.








Tabel 3
Hasil Tabulasi Untuk Item no 8 dan 9
Pengalaman Ibadah Puasa Siswa

Item
Alternatif Jawaban
F
%
No 8
- Sebulan Penuh
- kadang-kadang
- Tidak Pernah Berpuasa

98
14
-
90
10
-
No 9
-1-5 hari
-6-10 hari
- Lebih 10 hari
5
4
3
45,45
36,36
18,18
Sumber: Hasil angket siswa-siswa SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.
     Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 183 orang atau 90 % siswa yang menjadi subyek  penelitian sudah dapat melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Selebihnya yakni 14 orang atau 10 % menyatakan kadang-kadang  sebenarnya sudah menunjukan semangat melaksanakan puasa yakni 5 orang diantaranya  atau 45,45 % dalam sebulan hanya meninggalkan 1-5 hari saja, 4 siswa mengatakan 6-10 hari,  sedangkan yang menjawab lebih dari 10 hari terdapat 3 siswa atau 18,18 %. Walau pun yang belum melaksanakan ibadah puasa secara penuh lebih kecil tetapi sebaiknya harus menjadi perhatian baik oleh pihak  SD Muhammadiyah Suronatan maupun orang tua siswa yang bersangkutan langsung dengan tanggung jawab sebagai pendidik utama.
            Hal ini ditegaskan dengan wawancara dengan seorang siswa sebagai berikut:
            “Pengalaman yang saya bisa ambil adalah saya bisa menghargai waktu, kalo tidak sholat seolah ada yang hilang,dan apabila tidak puasa saya akan malu dengan teman-teman apalagi saya yang paling gede diwilayah  sini. Dan ini akan membuat saya ada bekal yang kuat bila saya nanti besar.”[123]

            Jadi peranan orang tua disini yang dimaksudkan adalah orang tua tetap mengkontrol keadaan pengalaman kehidupan beragama sang anak, tetapi dengan cara membebaskan sang anak, tetapi tetap di bawah pengawasan sang orang tua.
















BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Motivasi anak dalam menghadapi pengalaman beragama  adalah
a.       Karena disuruh oleh orang tua.
Hal ini menuntut kesadaran orang tua, jikalau anak  menjalankan kehidupan agama sehari- sehari dengan paksaan akan menjadikan anak malas untuk menjalankan kehidupan beragama.
b.      Karena kesadaran diri sendiri.
Hal ini sangat baik bagi anak maupun orang tua. Dimana anak dapat membuat orang tua bangga melihat anak dapat melakukan kehidupan beragama tanpa di suruh-suruh lagi
2.      Hambatan yang biasanya dikeluhkan oleh orang tua adalah
a. Anak yang terlalu bandel.
 Anak –anak zaman sekarang memang kadang – kadang susah   diatur, sehingga orang tua kurang bisa mengkontrol kebiasaan mereka untuk sholat, atau menjalankan kewajiban sehari-hari.
 b. Suka melawan apabila di beritahu mana yang baik dan mana yang buruk
Anak-anak yang biasa melawan apa yang dikatakan sama orang tua, mereka merasa orang tua mencampuri urusan pribadi mereka, biasanya anak yang melawan itu karena mereka terlalu banyak menonton televisi.
Motivasi orang tua agar anak menjadi anak yang baik, dan dapat mengamalkan ilmunya yang didapati dari sekolah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang tua tidak menyuruh lagi,  jadi anak dapat melakukannya dengan kesadaran diri sendiri.

B. Saran-saran
            1.Saran kepada kepala sekolah
a.       Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengalaman ajaran agama Islam
b.      Kegiatan keagamaan hendaknya lebih di intensifkan terutama berkaiatan dengan ibadah sholat dhuhur berjama’ah, sebaiknya segera diupayakan agar semua siswa bisa mengikuti sehingga setelah lulus para siswa lebih mantap pengalaman ibadah sholatnya.
c.       Mengingat masih ada orang tua yang tidak menyadari akan pentingnya pendidikan agaama pada anak, mka pihak orang tua diharapkan untuk lebih mengfungsikan BP3 untuk menciptakan hubungan yang serasi antara sekolah dan lingkungan keluarga.





2. Saran kepada Orang Tua
a.       Sebagai penangung jawab pelaksanaan pendidikan agama di lingkungan keluarga hendaknya orang tua senantiasa taat mengamalkan ajaran agama Islam sebagai upaya memberi keteladaan yang lebih baik pada anak.
b.      Menciptakan suasana keagamaan di lingkungan keluarga yang dapat mendorong anak untuk mengamalkan ajaran agamanya secar sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-sehari . Hal ini karena frekuensi siswa di lingkungan disekolah lebih kecil sehingga dorongan orang tua sangat di butuhkan dalam upaya mengawasi perilaku keagamaan selama di rumah.
     C. Kata Penutup
          Alhamdulillahi Robil’alamin, Maha Besar Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, penyusunan skripsi dapat terselesaikan.
         Penulis sadar bahwa dalam penulisan skiripsi ini  masih banyak kekurangan –kekurangan  dan kejanggalan-kejanggalan di sana sini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tentunya sangat di butuhkan sebagai upaya memperoleh sempurna.
        Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material, sejak awal hingga ahkir penulisan skripsi ini semoga kebaikannya mendapat  rahmat yang melimpah dari Allah SWT dan dicatat sebagai amalan sholeh.



         Penulis berharap semoga penulisan  skripsi dapat berguna bagi penulis pada khususnya nusa, bangsa, dan agama (Islam) pada umumnya.
         Sebagai penutup kata, semua kesalahan dan kekurangan hanyalah terletak pada diri sendiri dan apabila ada benarnya itu semua semata – mata datangnya dari Allah SWT. Akhirnya semoga kita selalu dalam bimbingan dan keridhaan Allah SWT dalam mengembankan agama Islam.Amin 




   











DAFTAR PUSTAKA
AM Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Grafindo Persada, 2001.
Arifin, Drs. HM, Hubungan Timbal Balik Pendidikan di Lingkungan Sekolah  Keluarga, Jakarta, Bulan Bintang, 1977.
----------,Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, Jakarta, Bulan Bintang,  1979.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta 1999.
Drajat, Zakiyah,  Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1979.
Gunarso, D Singgih, Pengantar Psikologi,  Jakarta, Mutiara , 1978.
Hadi Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta, Andi Offest, 1989.
……………..,  Metodologi Research II,  Yogyakarta, Yasbit, Fakultas Psikologi , UGM, 1980.
Latipun, Psikologi Konseling, Malang, UMM Press,  2001
Mahmud Dimyati, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta, P2LPTK,1989.
Nasution Amir Hamzah, Jiwa dan Alam Kanak-Kanak,  Jakarta, Gunung Agung, 1954.
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Reka Sarasen,1999.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bagian Tarjih, Himpunan Putusan Tarjih, Yogyakarta. Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Cetakan ke 3,1962.
            Poerdarminto WJS, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1987.
Purwanto Ngalim M, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya,1992
Siahaan Henry , Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, Bandung, Angkasa,1991
            Simanjuntak B dan Pasaribu,  Proses Belajar Mengajar,  Bandung, Sinar Baru,1989.
Shaluddin, Mafhud,  Pengantar Psikologi, Surabaya, Bina Ilmu, 1990.
Sujana Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru 1989.
            Surjaningrat Suwardjono, Pendidikan Kependudukkan dalam Rangka Sosial Planning, Jakarta, Badan Koordinasi Keluarga Berencana, Biro Penerangan dan Motivasi, 1979.
Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Prees, 1987.
Suyud, Rahmat, Pokok- pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga,1978.
Undang-undang RI No 2 tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang, Aneka Ilmu, 1989.
Winkel W.S.  Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia,   1983.
            Woodworth, Psikologi Suatu Pengantar kedalam Ilmu Jiwa, Jilid III, Bandung, Jemmarss, 1977.



PERANAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI

ANAK TENTANG PENGALAMAN AGAMA


(Study Kasus di SD Muhammadiyah
Suronatan Yogyakarta)

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan
 Memenuhi Syarat-syarat  untuk
Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam



Disusun oleh :
ANDARI NUROCHMAH WISDANINGRUM
NIM : 9822 2514


BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2004




[1] WJS Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,  Balai Pustaka, 1987, hal 735
[2] Ibid, hal 667
[3] David Barry, Pokok-pokokPikiran dalam Sosiologi, Jakarta: CV Rajawali Press, 1984, hal 268
[4] Sarjono Arikunto, Sosiologi Suatu Pengantar,  Jakarta : UI Press, 1982, hal 148
[5] Rahmat Suyud, Pokok-pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN    SUKA,1978, hal 27
                        11    WJS Poerdaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1985, hal 33
[7] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hal 25
[8] Djamaluddin Ancok, Fuad Nashori,  Psikologi Islam,  Yogyakarta, Pustaka Belajar, 1994 hal 77
[9] Ibid, hal 19
[10] Al Qur’an dan terjemahan ,Jakarta, Depag RI 1999, hal 157
[11] Maulana Muhammad Ali, Islamologi, R Kealam HM Bachrun, Jakarta, PT Iktiar Baru Vanbeur, 1980, hal 275
[12] Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang,1979, hal 135
[13] ibid, hal 135
[14] HM. Arifin, Pokok-Pokok  Pikiran tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, Jakarta, Bulan Bintang 1979, hal 62
[15] Undang-undang RI No 2 tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang , Aneka Ilmu, 1989, hal 4
[16] Fathiyah Hasan Sulaiman,, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta, P3M,1986, hal 20
[17] Tim Penyusun, Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka cet II,1989, hal 667
[18] Sorjono,Soekanto, OP Cit
[19] Tim Penyusun Op Cit
[20] David Barry, Op Cit
[21] Sarjono Arikunto, Op Cit
[22] Sarjono Soekanto, Op Cit
[23] ibid, hal 222
[24] Soejono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, Jakarta : CV Rajawali,1982, hal 35
[25] M .Ali Usman, Hadits Qudsi Pola Pengembangan Akhlah Muslim , Bandung, CV Diponegoro, 1989, hal 276
6. Woodworth, Psikologi Suatu Pengantar kedalam Ilmu Jiwa ,Jilid III,  Jemmarss, Bandung, 1977, hal 39

[27] Singgih Dirganuarsa, Pengantar Psikologi, Jakarta,  Mutiara, 1978, hal 92
[28] WS Winkel, Psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, PT Gramedia, 1978, hal 27
[29] Ibid, hal 27
[30] Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama,Jakarta, Leppanas, 1982 hal 77-78
[31] Sardiman, A.M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ,   Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2001, hal 71
[32] Singgih Dirgagunarso, Op Cit, hal 98
[33] Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta: P2LPTK, 1989, hal 206
[34] M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung,   Remaja Rosdakarya, 1992,  hal 70-71
[35] Ibid , hal 73
[36] Ibid
[37] ibid
[38] Zakiyah Drajat, Problematika Remaja di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang, 1978, hal 38
[39] Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama,  Jakarta, Bulan Bintang , 1991 hal 56
[40] Ibid, hal 20
[41] Ibid.  hal 6
[42] Amir Hamzah Nasution, Jiwa dan Alam Kanak-kanak, Jakarta, Gunung Agung , 1954, hal 97-98
[43] Departemen Agama RI, QS 7 : 189, Jakarta, 1999
[44] WJS Poerwardaminta ; Op Cit hal 38
[45] Sophian Waluyo, Ilmu jiwa Anak, Yogyakarta: MP Sring, 1962, hal 2
[46] Ibid. hal 3
[47] Latipun, Psikologi Konseling,  Malang ,Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2001, hal 63-65
[48] Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan,  Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hal 74 – 75
[49] Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah,Jakarta, Ruhama, 1995, hal 55
[50] HMS Prodjoditoro, DKK. Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Dasar, Laporan Penelitian Proyek Perguruan Agama Islam, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1998, hal 63
[51] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, cet 2 hal 183
[52]Ibid, hal 184
[53]   Ibid,  hal 180
[54]  Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, Bandung, Remaja Rosdarya, 1999, hal 50
[55]  Ibid,  hal 51
[56] Ibid,  hal 73
[57] Ibid,  hal 81
[58] M Noor Matdawam, Pembinaan Aqidah Islamiyah, Yogyakarta, Bina Karier, 1984, hal 1
[59] M Arifin, Kapita Seletja Pendidikan ( Islam dan Umum),  Jakarta, Bumi Aksara, 1993, hal 267
[60] Al –Qur’an , Op Cit,  hal 40
[61] Ibid hal 56
[62] Ibid hal 48
[63] M Noor Matdawam, Op Cit, hal 1
[64] Ibid, hal 13
[65] Ibid, hal 2
[66] Ibid, hal 75
[67] David Trueblood, Philosophy of Religion, Filsafat Agama,Terj Prof Dr HM Rasjidi, Jakarta, Bulan Bintang, 1986, hal 3
[68] WJS Poerdaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1985, hal 33
[69] Jalaluddin Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama,  hal 132
[70] Robert H Thauless,  Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, Rajawali Press, 1992, hal 37
[71] An-Nahl (16) :  89
[72] Ar-Rum (30)  :  30
[73] Endang Syaifuddin Ashori, Kuliah Al Islam, Jakarta, Rajawali, 1984 , hal 90
[74] TM Hasby Ash Shidiqqi, Kuliah Ibadah, Jakarta, Bulan Bintang,1989, hal 186
[75] Az Zakiquddin, At- Tharghib Wa Tarhib, I, Mesir, Musthafa Al Bab, 1993 M/ 1353H, hal 214
[76] Jalaluddin As Suyuti, Al Jami’ush Shagir,(Thk) An-Nunitsik (tt) hal 112
[77] Depag RI,hal
[78] Abul Hasan Ali An –Nadwa, Ibadah Shalat, Zakat, Puasa, Haji. Bandung, Per Risalah,1985, hal 19
[79] Depag RI, hal 635
[80] Ibid, hal 477
[81] Ibid,  hal 250
[82] Imam Al-Ghozali, Ihya Ulumddin: Cahaya Di Belakang Shalat Khusu’, Terjemahan Drs Rasihin Agami, Solo, CV Ramadhan,1988, hal 47.
[83] Depag RI, hal 767
[84] TM Hasby Ashshidiqi, Pedoman Sholat,  Jakarta, Bulan Bintang, 1986, hal 46
[85] H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Jakarta, Attahiriyah, Cet  ke 17 tt, hal 71-72
[86] QS Al Baqaroh, (2), : 183
[87] Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Bandung, Al Maarif, 1977, hal 44
[88] H Endang Syaefuddin Anshori, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya, PT Bina Ilmu,1987, hal 122
[89] Himpunan Putusan Tarjih, Op Cit, hal 170
[90] Sayyid Sabiq, Sumber kekuatan Islam, Salim Buhreisy dan Said Buhreisy, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1980, hal 61
[91] Sayyid Sabiq, Nilai-nilai Islam., HMS Prodjodikoro, AMujab Mahali, dan Dalil Hamid, Yogyakarta, Sumbangsih Offest, 1988, hal 43
[92] Nasaruddin Rozak, Dienul Islam, Bandung Al Ma’arif, 1977, cet II, hal 177
[93] Depag, Op Cit, hal 
[94] Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung, Sinar Baru, 1990, cet XXIII, hal 71
[95] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Bandung Pustaka,1982, cet III, hal 26
[96] Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, Surabaya, Bina Ilmu, 1981, cet I, hal 54
[97] Al-Qur’an dan terjemahannya, Op Cit hal 427
[98] Dr Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang 1990, Cet XII, hal 137
[99] Ibid, hal 46
[100] Mukti Ali, Faktor-faktor Penyiaran Islam,  Yogyakarta,  Yayasan Nida, 1971, hal 13
[101] Murtadha Muttahari, Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, Bandung, Mizan, 1990, hal 92
[102] Al-Qur’an, Op Cit hal,1079
[103]  Prof Dr Umar Muhammad Al Taumy Al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Dr Hasan Langgung,  Jakarta: Bulan Bintang,1979
[104] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II,  Yogyakarta, Andi Offset, 1989 hal 136
[105] Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik-tehnik Research, Bandung, Tarsito, 1975, hal 23
[106] Ibid, hal 206
35. Winarno Surachmad,Op Cit, hal125


[108] Suharsimi Arikunto, Prosedur dan Penelitian Suatu Pendekatan Praktek  , Jakarta, Bina Aksara, 1996, hal 120
[109] Sutrisno Hadi,Metologi Research I, Yogyakarta, Yasbit Fakultas Psikologi UGM, 1980 hal 49
[110] Ibid, hal 42
[111] Wawancara dengan kepala sekolah  SD Muhammadiyah Suronatan , tanggal 6-Agustus 2003, jam 09.30 WIB
[112] Dokumen  SD Muhammadiyah Suronatan tahun 2003
[113] Dokumen Sekolah, 17 Maret 2004
[114] Ibid



[115] Wawancara dengan Kepala Sekolah tanggal 06 Agustus 2003
[116] Hasil observasi tanggal 01 Oktober 2003
[117] Hasil Observasi tentang nuansa keagamaan di SD Muhammadiyah Suronatan, tanggal 20 Oktober 2003
[118] Hasil wawancara dengan Bapak Kismadi, tanggal 20 Oktober 2003
[119] Hasil wawancara dengan Bapak Hartoyo,guru Agama Islam, tanggal  15 April 2004
[120] Wawancara dengan orang tua Siswa, tanggal 18 April 2004
[121] Hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru  dan Orang Tua siswa pada tanggal  21 Oktober 2003
[122] Wawancara dengan guru  dan para orang tua pada tanggal  31 Dsember 2003
[123] Wawancara dengan seorang siswa, tanggal 18 April 2004